Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap seks sebagai suatu tema yang tabu dibicarakan secara terbuka, terlebih bila ditujukan kepada anak-anak.
Mindset yang kadung terpatri sejak lama ini sebetulnya tidak lagi tepat di peradaban maju seperti sekarang ini. Apalagi tingkat kejahatan seksual belakangan ini sangat mengkhawatirkan dan orang tua tidak selalu bisa mengawasi aktivitas anak selama 24 jam penuh.
Maka dari itu, sex education untuk anak penting sebagai suatu upaya melindungi anak dari tindakan asusila yang dilakukan orang dewasa ataupun teman sebaya.
Kenalkan bagian-bagian tubuh yang harus dilindungi dari sentuhan dan penglihatan orang lain, seperti dada, bibir, alat kelamin, dan pantat.
Dilansir dari situs lifestyle.kompas.com, Ketua Komnas Perlindungan Anak, Aris Merdeka Sirait berpendapat bahwa sex education untuk anak perlu diperkenalkan sejak dini, bahkan saat anak mencapai usia 2 tahun atau sejak anak mulai aktif berkomunikasi.
Sex education yang diterapkan untuk anak bukan menyangkut perilaku seks yang dilakukan antar orang dewasa, melainkan lebih ke pengenalan organ-organ vital yang tidak boleh sembarangan diperlihatkan apalagi disentuh orang lain.
Hal tersebut kemudian dibenarkan oleh Boyke Dian Nugraha selaku dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Sex education yang diperkenalkan secara tepat pada anak dapat menekan risiko terjadinya pemerkosaan, seks bebas, aborsi, kehamilan dini, hingga penularan penyakit kelamin. Karena sex education cenderung sensitif, maka cara penyampaian orang tua kepada anak pun perlu diperhatikan.
Berikut beberapa cara yang dapat pembaca pelajari dan terapkan.
- Kenalkan bagian-bagian tubuh yang harus dilindungi dari sentuhan dan penglihatan orang lain, seperti dada, bibir, alat kelamin, dan pantat. Ini berguna agar anak tidak mudah membiarkan tangan orang lain berada di organ-organ tersebut, serta membiasakan mereka punya rasa malu dalam bersikap. Misalnya, mereka jadi tidak asal membuka pakaian di sembarang tempat, tidak duduk mengangkang saat menggunakan rok, dan sebagainya. Praktisnya, cara ini dilakukan sambil mandi bersama dengan anak.
- Kenalkan konsep perbedaan jenis kelamin. Jelaskan pada anak bahwa Tuhan hanya menciptakan dua jenis kelamin: laki-laki dan perempuan. Masing-masing memiliki bentuk alat kelamin yang berbeda. Dengan bentuk kelamin yang berbeda, maka cara buang air kecil pun akan berbeda-beda. Hal ini sekaligus berguna mengajarkan anak menggunakan toilet dan berpakaian yang tepat sesuai jenis kelaminnya.
- Pada usia 5 tahun ke atas anak-anak mungkin akan mulai bertanya hal-hal yang lebih dalam, semisal mengapa bisa ada bayi di dalam perut ibu, bagaimana bayi dilahirkan dan segala macamnya. Tidak perlu panik! Pun, tidak perlu menjelaskan secara gamblang tutorial hubungan suami istri. Cukup jelaskan pada mereka hal-hal yang umum. Misalnya, seorang ibu bisa mengandung/hamil karena ada hubungan kasih antara ayah dan ibu.
Demikian ulasan singkat mengenai sex education untuk anak. Dari informasi yang kami sajikan di atas, dapat disimpulkan bahwa memperkenalkan sex education kepada anak sejak dini adalah suatu hal yang penting dan patut diterapkan. Semoga bermanfaat. (Ita Sembiring)