Nakes Berperan Penting dalam Kesuksesan Keberhasilan Menyusui
Merebaknya pandemi Covid-19 merupakan hal yang meresahkan bagi semua orang, salah satunya bagi Ibu dan calon Ibu yang mengkhawatirkan tentang kesehatan bayinya. Banyak hoax dan berita yang rancu beredar di lapangan terkait dengan permasalahan menyusui di masa pandemi sehingga hal tersebut menimbulkan kebingungan bagi para Ibu.
Mulai dari prosedur inisiasi menyusui dini (IMD) bagi Ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan, prosedur menyusui bagi Ibu yang terkena Covid, prosedur menyusui bagi Ibu yang bayinya terkena Covid, hingga pertanyaan tentang apakah vaksinasi dapat mempengaruhi kualitas ASI. Kondisi ini diperparah saat Busui konsultasi ke Nakes, namun Nakes tidak siap untuk menjawab masalah ini dengan tuntas, karena keterbatasan pengetahuan tentang hal ini.
Dalam rangka Pekan ASI Sedunia 2021, DKT Indonesia sebagai organisasi kesehatan reproduksi terbesar di Indonesia melalui “Halo DKT” layanan telemedicine kespro, menyelenggarakan webinar bertajuk “Busui & Nakes Wajib Tahu: Kupas Tuntas Menyusui di Masa Pandemi” untuk mengedukasi masyarakat Indonesia serta sebagai sarana refreshment bagi tenaga kesehatan (Bidan) khususnya mengenai tata laksana menyusui pada masa pandemi.
Ditemui dalam webinar Halo DKT, dr. Utami Roesli, Sp.A., MBA, IBCLC., FABM menjelaskan ada 10 langkah menuju keberhasilan menyusui saat pandemi berdasarkan evidence base practices yang dapat mendukung proses menyusui di sarana kesehatan. Tujuannya, dapat menciptakan layanan kesehatan maternitas yang ramah bayi dan juga memastikan ASI eksklusif saat di dan sampai pulang dari fasilitas kesehatan bahkan setelahnya. Antara lain:
- Kebijakan faskes untuk mendukung Ibu menyusui dengan tidak mempromosikan susu formula bagi bayi, botol dot maupun empeng, membuat panduan layanan dukungan menyusui dan menjaga kesinambungan dukungan menyusi;
- Peningkatan kompetensi nakes dengan melatih staf faskes agar kompeten untuk mendukung Ibu menyusui dan menilai pengetahuan dan ketrampilan nakes;
- Berdiskusi dengan ibu hamil dan keluarganya tentang pentingnya manajemen menyusui;
- Memfasilitasi kontak kulit dini Ibu bayi selama minimal 1 jam dan mendorong Ibu untuk memulai menyusui dini segera setelah melahirkan pada usia bayi kurang dari 1 jam;
- Dukung Ibu memulai menyusui dini dan mempertahankan menyusui dan mengatasi masalah menyusui yang umum;
- Bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman lain kecuali atas indikasi medis;
- Memungkinkan Ibu dan bayi tetap dirawat bersama selama 24 jam setelah melahirkan;
- Dukung Ibu mengenali dan merespon saat bayi menunjukkan tanda lapar;
- Memberi konseling pada ibu tentang penggunaan, bahaya dan resiko pemberian botol, dot dan empeng;
- “Care after discharge” Berkoordinasi saat ibu pulang; kemana dan dimana bisa didapatkan bantuan dukungan menyusui tepat waktu berkesinambungan; saat sudah dirumah.
Disisi lain, Ibu Bidan Laurensia Lawintono, M.Sc., selaku Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia menghimbau pada Bidan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan menyusui di faskes maupun klinik Bidan, mengingat 82,4% pelayanan antenatal care diberikan oleh Bidan.
“Menyusui adalah salah satu investasi terbaik untuk kelangsungan hidup dan meningkatkan kesehatan, perkembangan sosial serta ekonomi individu dan bangsa,” Bidan Laurensia Lawintono melanjutkan.
Selain itu, melalui momentum webinar ini pula, DKT Indonesia melalui Andalan Kontrasepsi juga ingin kembali menekankan kepada masyarakat mengenai pentingnya penggunaan metode kontrasepsi yang ramah bagi Ibu menyusui dan melakukan refreshment terhadap tenaga kesehatan mengenai alternatif metode kontrasepsi bagi Ibu menyusui untuk menemani Ibu dalam merencanakan keluarga, khususnya di masa pandemi Covid-19 ini.
Brand Manager Andalan Kontrasepsi, Apt. Rony Syamson, S.Farm mengungkapkan, “Masih banyak ibu menyusui yg belum pakai kontrasepsi karena bergantung pada kontrasepsi alami (amenore laktasi). Padahal banyak Ibu yg tidak tahu kalau syarat amenore laktasi itu ada tiga: pertama, bayi belum berumur 6 bulan; kedua, ibu belum mendapat menstruasi; ketiga, ibu harus menyusui secara eksklusif tidak boleh putus. Apabila salah satu di antara tiga syarat itu ada yang tidak dilakukan, ibu tetap berisiko hamil”.
Lebih lanjut, kehamilan yang terjadi pada saat menyusui dapat menyebabkan beberapa perubahan di dalam tubuh Ibu, seperti:
- Kontraksi ringan pada rahim, karena rangsangan hormon oksitosin yang dilepaskan pada saat tubuh Ibu menyusui,
- ASI berubah menjadi kolostrum, sehingga rasanya lebih asin dan kurang manis, serta membuat bayi enggan untuk menyusui,
- Puting payudara Ibu akan merasa lebih sakit dan Ibu akan merasa lebih lelah.
“Untuk itu, sebaiknya penggunaan kontrasepsi dianjurkan oleh Ibu menyusui pada saat setelah melahirkan, maupun segera setelah berakhirnya masa nifas,” ujar Brand Manager Andalan Kontrasepsi menjelaskan.
Lantas, apa saja metode KB yang aman bagi Ibu menyusui?
Brand Manager Andalan Kontrasepsi menjelaskan macam metode kontrasepsi yang cocok dipakai untuk ibu menyusui yaitu:
- Metode kontrasepsi non hormonal seperti IUD Andalan dan juga kondom,
- Metode kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung hormon progestin/progesteron seperti Implan, Suntikan KB Andalan 3 bulan, dan juga Pil KB Andalan Laktasi.
Hormon progestin tidak akan mengganggu kadar prolaktin, sehingga produksi ASI Ibu tetap bisa aman dan lancar. Salah satu metode kontrasepsi favorit pilihan para Ibu menyusui untuk merencanakan keluarga saat ini adalah Andalan Laktasi yang mengandung hormon progesteron berdosis rendah sehingga tetap aman dan nyaman digunakan bagi Ibu menyusui, serta tidak akan mengganggu kualitas dan kuantitas ASI.