Perbedaan seringkali menimbulkan konflik. Benarkah begitu? Namun apakah hal hal sama bisa menjamin terciptanya harmoni? Belum tentu juga kan! Bahkan bukan tidak mungkin menimbulkan kompetisi meruncing sebab tiap pihak merasa memiliki hal serupa, lalu mencoba merasa jadi yang terbaik. Nah, mendingan mana sih? Berbeda atau serupa ya demi menemukan kesepakatan yang bakal bikin semua indah?
Hmmm, pastinya bukan soal persamaan atau perbedaan ya dalam mencipta sebuah keindahan, tapi lebih kepada bagaimana menyikapinya.
Menikahi wanita Indonesia, lalu tinggal dan menetap di persada Nusantara yang sama sekali berbeda dengan tanah asalnya, tidak membuat Koen Verheyen berdarah Belgia ini gamang. Semua dijalani apa adanya dan beradaptasi dengan segala situasi kemudian menikmati. Jadi jangan heran kalau ditanya apa momen terindah dalam hidupnya sebagai seorang ayah pasti tidak akan bisa menyebutkan satu situasi.
“Semua indah dalam hidup saya dan selalu menikmati yang terjadi,” tuturnya apa adanya. Terdengar jumawakah jawaban ini? Tentu tidak, sebab memang seperti itu perjalanan hidupnya. Bersahaja meniti setiap tarikan nafas dan langkah kaki dengan setiap hari belajar dari semua perbedaan di hadapannya.
Pernikahan yang bukan sekedar berbeda kultur, tapi pastinya masih diikuti sederet perbedaan lain, mulai dari cara berpikir hingga yang paling sederhana sekalipun yakni selera makan. Semua tak sama tapi justru semakin menghadirkan dinamika dalam kehidupan sehari-hari. Setiap perbedaan menimbulkan rasa ingin tahu serta hasrat mempelajari agar lebih saling paham. Bukan justru merasa paling benar apalagi menganggap diri terbaik hanya karena punya pandangan berbeda.
Membahas soal momen terindah dalam hidup yang baginya semua indah karena memang begitu adanya, tentu juga karena selalu ada hal baru untuk disimak. “Kalau hari ini kita bicara oh.. momen terindah saya ketika sedang berada pada satu situasi misalnya. Lalu esok hari, atau seminggu kemudian ternyata baru ingat lagi, oh ada momen terindah lain, bukan yang kemaren itu saja. Lalu di lain waktu teringat pula, ternyata sewaktu menerima penghargaan adalah momen terindah lagi, begitu seterusnya. Itukan berarti semua momen dalam hidup kita pasti indah. Tergantung cara menyikapi saja,” ungkap mantan Direktur beberapa perusahaan multi nasional ini.
Menurut Koen Verheyen lagi, sesuatu yang terjadi di kemudian hari pastilah ada pengaruh dari peristiwa sebelumnya. Atau sebaliknya, kejadian yang telah berlalu pasti berkontribusi akan sebuah situasi yang terjadi kemudian. Selalu ada keterkaitan satu sama lain sehingga tercipta beragam momen indah.
Sebagai seorang suami, ayah dan sekarang opa, pria yang fasih berbahasa Indonesia ini selalu bersifat terbuka dan membebaskan setiap anggota keluarga dalam berpendapat maupun bersikap. Termasuk menetukan langkah serta pilihan dalam kehidupan. Tidak banyak mengatur sampai mereka menemukan sendiri apakah yang dilakukan itu salah atau benar.
Tugasnya sebagai pemimpin keluarga adalah tetap memimpin dan mengamati. Bilamana keluar jalur, akan ‘ditarik’ lagi dengan cara sangat bersahabat agar kembali ke arah yang benar. Jangan sampai tersungkur. Itupun bukan dengan cara menghakimi, tapi lebih kepada dialog demokratis.
“Mereka juga harus ikut menemukan sendiri apakah cara maupun keputusan yang diambil sudah baik. Kalaupun keliru, bukan dimarahi, tapi diminta bertanggung jawab terhadap segala perbuatan sendiri,” tambahnya lagi.
Cara ini terbukti jitu, sebab di usia tidak lagi muda jadi bisa rileks menikmati masa-masa pensiun di tengah keluarga, baik sebagai suami, ayah juga opa sambil menikmati perjalanan mengunjungi anak-anak yang sudah berhasil, mandiri dan bermukin di beberapa negara. Semacam merasakan masa panen memetik buah kasih sayang.
Jadi, tidak berlebihan memang kalau di awal perbincangan Koen Verheyen menyebut semua indah. Seperti itulah terlihat dan terjadi.
Seru kan? Bisa jadi inspirasi para ayah, nih. (IS)