Digital Education
Kolom M. Gorky Sembiring, Praktisi Pendidikan Jarak Jauh
Kepanikan melanda dunia akibat pandemi hingga menjalar pula kecemasan akan masa depan pendidikan anak. Para orang tua pun kian gelisah bagaimana bersikap akibat dihadapkan pada kebiasaan yang sungguh baru, memaksa kita bekerja, belajar bahkan berdoa dari rumah.
Tiga implikasi mendadak menghampiri. Sebut dengan istilah disrupsi, kegagapan dan kebiasaan baru. Disrupsi, dalam jangka pendek, membuat gaya hidup berubah. Banyak kebebasan yang selama ini dimiliki jadi tergadai. Salah satu bentuknya karantina. Kegagapan, dalam jangka menengah, menjelang setahun pandemi berjalan, banyak yang tanpa sadar mengalami kelelahan. Lelah mental sebagai konsekuensi tekanan ekonomi. Juga perubahan tata hidup dan kehidupan secara drastis. Dalam jangka panjang, akan terus kita hadapi dan jalani, kenormalan baru sungguh-sungguh baru dan asing.
Implikasinya tidak berhenti pada aspek ekonomi saja, termasuk pendidikan di mana sejak awal masa pandemi siswa harus belajar dari rumah, memberi kegagapan sosial bagi banyak pihak. Tidak semata mengenai siswa, tetapi juga guru dan orang tua. Pemangku kepentingan pendidikan juga terimbas begitupun Pemerintah yang menangani sektor pendidikan di tiap tingkatan.
Muncul pertanyaan dan keluhan meragukan efektivitas pembelajaran daring (dalam jaringan) atau tatap maya dibanding pembelajaran luring (tatap muka). Bukan hanya orang tua dan siswa terkena imbas dan merasakan beban tambahan. Guru juga mengalami beban serupa. Tanpa persiapan memadai, semua kegiatan pembelajaran berubah hingga tak jarang terjadi “kegaduhan” segi tiga antara: siswa-guru-orang tua terkait pelaksanaan proses pembelajaran.
Dengan segala dinamika, kurun waktu proses pembelajaran berikutnya (Juli – Desember 2020) ternyata belum juga berjalan seperti diharapkan. Masih berlangsung kegagapan, baik dari siswa, orang tua maupun guru secara terpisah maupun bersama. Menjelang akhir 2020, tanda tanya soal efektivitas pembelajaran daring muncul dari berbagai kalangan. Para pakar dan praktisi di bidang pendidikan masih merasakan kegalauan bagaimana pelaksanaan pembelajaran daring agar sama efektif dengan pembelajaran luring yang selama ini berjalan. Agar tidak kehilangan kesempatan Pendidikan bagi generasi emas Indonesia.