DIGITAL EDUCATION
Kolom M. Gorky Sembiring, Praktisi Pendidikan Jarak Jauh
Hampir semua kita sebagai orang tua rela melakukan apa saja untuk anak-anak kita. Kecuali: Membiarkan mereka menemukan dan mengembangkan panggilan sejati mereka sendiri!
Dorothy Law Nolte menyemai warisan luar biasa sebagai pendidik, orang tua, praktisi, dan penasihat keluarga. Beliau, yang meninggal pada 2005 dalam usia 81 tahun, menyematkan peninggalan dan mengingatkan banyak orang tentang dinamika keluarga dan pola asuh. Salah satu peninggalan luar biasa beliau tersusun dalam karya bernilai tinggi berjudul Anak-anak Belajar dari Apa yang Mereka Saksikan dan Alami. Dengan terjemahan yang diperluas, berikut untaian kata-kata hebatnya, sebagai berikut …
Jika anak-anak hidup bergelimang kritik, mereka akan belajar mengutuk.
Jika anak-anak hidup dalam permusuhan, mereka akan belajar berkelahi.
Jika anak-anak hidup dipenuhi dengan ejekan, mereka tanpa sadar belajar menjadi pemalu.
Jika anak-anak hidup acap dipermalukan, mereka belajar merasa bersalah.
Jika anak-anak mendapatkan dorongan positif, mereka belajar percaya diri.
Jika anak-anak berada dalam suasana toleransi, mereka belajar bersabar.
Jika anak-anak biasa dalam kehidupan yang terpuji, mereka belajar menghargai.
Jika anak-anak senantiasa dalam suasana saling menerima, mereka belajar mencintai.
Jika anak-anak hidup dalam suasana saling mengerti, mereka belajar menghargai diri sendiri.
Jika anak-anak hidup dengan kejujuran, mereka belajar tentang ketulusan.
Jika anak-anak hidup dengan ketentraman, mereka belajar percaya pada diri sendiri dan orang lain.
Jika anak-anak hidup dalam suasana penuh dengan keramah-tamahan, mereka belajar dan menyadari bahwa dunia ini merupakan tempat indah untuk ditinggali.
Secara maknawi, sesungguhnya apa yang kita saksikan dan alami dalam kurun waktu tertentu, dapat menjadi penunjuk dan pembawa arah hidup ke depan. Apa lagi bagi anak-anak yang sedang dalam usia ‘pencaharian’ jati diri.