Dari untaian kata penuh makna di atas, secara kontras membedakan hasil yang dituai anak. Persisnya, anak yang dipenuhi aura lingkungan yang positif dan kondusif, memberi arah dan warna yang baik dan menjanjikan bagi pertumbuhan kejiwaan dan perilaku anak. Sebaliknya, lingkungan yang tidak membangun apa lagi penuh dengan nuansa negatif, berpotensi membentuk anak menjadi sulit menyesuaikan diri dengan keadaan yang dianggap baik dan normal.
Saat ini dunia dihadapkan pada situasi dan kondisi yang super rentan dengan perubahan. Apa yang kita kuasai kemarin, secara mendadak bisa saja langsung usang dalam hitungan bulan atau mingu bahkan hari. Perubahan terjadi begitu cepat. Kepastian sudah menjadi barang langka dan mahal. Bahkan, yang pasti, di zaman sekarang ini, hanya ketidakpastian itu sendiri.
Suasana ketidakpastian seperti ini sangat mempengaruhi bagaimana tidak nyamannya anak-anak kita berselancar dalam menemukan jati dirinya. Apakah itu di rumah, di sekolah apa lagi di masyarakat. Mari kita refleksi bersama: Apakah dengan memfasilitasi suasana positif dan kondusif, seperti untaian kata indah dari Nolte di atas, sudah cukup sebagai bekal anak-anak zaman now? Sepertinya masih harus diimbuhi dengan pengetahuan lain untuk kita sebagai orang tua. Apa itu?
Paling tidak ada dua sisi lain yang layak kita pahami agar anak-anak kita dapat berselancar dengan relatif aman dan nyaman di zaman yang dipenuhi ketidakpastian seperti sekarang. Yang pertama, kita, sebagai orang tua, sejatinya memperhatikan dengan baik calling (panggilan jiwa) anak kita. Yang kedua, harus pula mengenali style (gaya) belajar mereka dengan baik. Apa urgensi mengenali panggilan dan gaya belajarnya?
Pertama: Anak-anak hanya dapat mengeluarkan potensi terbaiknya, terutama dalam belajar, jika mereka menyukai apa yang mereka pelajari! Kedua: Mereka akan mampu berprestasi dengan gemilang, dan mendapatkan pengakuan, jika mereka menguasai apa yang mereka pelajari! Jadi, selain mengupayakan suasana dengan nuansa positif, perlu juga mengenali panggilan dan gaya belajar anak-anak kita.
Lalu, masalahnya dimana? Bukankah semua orang tua sudah pasti dan selalu bersikap dan berargumen telah dan akan terus memberi yang terbaik bagi anak-anaknya? Secara sepihak, dari sisi orang tua, ya! Bagaimana dari sisi anak, apakah iya juga jawabannya?