Oleh: Hajar Aswaddaini Lubis, S.Pd
Menjauhkan anak dari gawai? Tentu saja mustahi di era digital seperti sekarang sebab semua memang sudah serba digital. Gawai atau gadget sudah jadi bagian dari kehidupan seluruh anggota keluarga. Tapi memang sebaiknya jangan sampai menguasai kehidupan sebagaimana terlihat belakangan ini; anak begitu lengket dari gadgetnya.
Dari bangun tidur sampai tidur lagi, melihat anak menggenggam HP bukan lagi pemandangan asing. Bahkan ada yang tak ingin sekejab pun berpisah dari HP, ke mana pun bawa HP. Sambil makan, jalan, sampai ke tempat ibadah saja masih melekat di tangan. Pernah pula beberapa waktu lalu ditemukan seorang siswa ternyata bermain HP di toilet sekolah. Dengan alasan hendak buang air kecil dan minta ijin di tengah pembelajaran berlangsung, namun ditunggu lama tidak muncul juga, malah dipergoki sedang bermain HP di toilet.
Sebagai praktisi pendidikan, tentu saya mencoba menelaah akar permasalahannya. Apakah bersumber dari produsen HP, rasanya tidak mungkin karena ini memang produk dagang. Lalu barangkali fitur-fitur aplikasi yang canggih membuat mereka tak bisa lepas dari HP karena memang banyak memberi solusi dan informasi.
Kalau mengarah pada orangtua, pasti mereka berdalih adalah kewajiban orang tua memfasilitasi kebutuhan anak agar mempermudah dalam berkomunikasi dengan orang tua ketika sedang berada di tempat berbeda. Termasuk membantu anak dalam menunjang keberhasilan proses belajar. Katakanlah sudah bagian dari tuntutan zaman.
Ketika HP sudah di tangan anak yang masih di bawah umur, katakanlah usia sekolah dasar, bisa saja disalah-gunakan karena belum bijak menggunakanya. Adalah tidak adil menyalahkan mereka jika akhirnya sampai lalai melaksanakan tugas-tugas. Bahkan sampai malas pergi ke sekolah, makan, termasuk beribadah. Terlalu nyaman berkutat dan berteman dengan HP, akhirnya enggan bersosialisasi dengan orang lain.
Sampai di sini, kembali orang tua dibuat pusing, kesal, marah mulai mengeluhkan difasilitasi salah, tapi tidak diberi juga merasa kasihan. Apalagi di masa sekarang yang memang proses pembelajaran pun serba digital. Andai ditegur untuk sejenak istirahat dari HP, langsung mengemuka alasan banyak tugas yang harus dikerjakan dan mencari informasi lewat HP. Tidak jarang pula ‘tugas sekolah’ jadi tameng untuk diijinkan tidak melepas HP dan orang tua pun tidak mungkin terus menjadi penjaga untuk memastikan kalau anaknya sungguh mengerjakan tugas atau sedang bermain game, sekedar berbalas chat, atau apalah.
Bukan tidak mungkin pula ada orang tua yang justru merasa anaknya sangat tekun karena tak lepas dari HP sebab terus mencari informasi. Atau membiarkan saja dengan alasan kasihan karena mereka juga tidak punya pilihan lain selama pandemi ini. Kasihan.
Ya, kasihan. Tepatnya tidak tega melarang karena merasa HP adalah teman setia saat ini dan ‘pelarian’ anak-anak selama pandemi ini. Hiburan untuk lepas dari kejenuhan. Seharusnya orangtua harus tetap bersikap tegas.