Pertama, sebagai role model, sudah pasti kita harus terbiasa berbahasa Indonesia di rumah. Akan lebih baik lagi jika kita juga terampil dengan menguasai bahasa ini secara baik dan benar. Banyak kesempatan bagi orang tua untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan belajar dari ahli, buku, maupun media sosial resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Dari sumber-sumber tersebut, kita bisa belajar tentang penggunaan kata, istilah, dan kalimat serta peribahasa dan idiom yang mulai jarang digunakan.
Kedua, orang tua dapat mendampingi anak-anaknya ketika menggunakan gawai. Selain mewaspadai konten yang dapat merusak karakter anak, kesempatan tersebut bisa digunakan oleh orang tua untuk mengarahkan anak tentang penggunaan bahasa. Jika tayangan tersebut banyak menggunakan bahasa asing, sebisa mungkin orang tua sesekali mengajak anak untuk mendiskusikannya dengan bahasa Indonesia.
Dengan cara ini, anak dan orang tua akan “terpaksa” mengganti istilah-istilah dalam bahasa asing dengan padanan kata dalam bahasa Indonesia yang baku tetapi jarang digunakan. Misalnya, unduh untuk download, unggah untuk upload, pindai untuk scan, dan penyanitasi tangan untuk hand sanitizer.
Ketiga, orang tua bisa menyediakan bahan literasi berbahasa Indonesia di rumah. Kita sadar bahwa buku merupakan vitamin yang baik untuk kecerdasan dan wawasan anak. Jika sejak dini anak-anak gemar membaca, maka masa depannya akan cerah karena mereka memiliki bekal yang cukup untuk mengenal dunia. Nah, bahan literasi berbahasa Indonesia yang dibaca sejak kecil akan menanamkan konsep ragam bahasa tulis dan sangat berdampak pada kemampuan mereka menulis dengan bahasa Indonesia.
Upaya-upaya tersebut sama sekali tidak berarti menghalangi anak-anak menguasai bahasa asing dan daerah. Kita sama-sama menjunjung prinsip Trigatra Bahasa yang kerap dikampanyekan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, yaitu: Utamakan bahasa Indonesia, kuasai bahasa asing, dan lestarikan bahasa daerah. Semboyan tersebut dengan jelas menjadikan bahasa Indonesia sebagai prioritas dengan tetap memberi motivasi agar anak-anak juga menguasai bahasa asing dan melestarikan bahasa daerah.
Dengan upaya-upaya tersebut, kita berharap generasi muda Indonesia memiliki keterampilan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Jika hal itu terjadi di semua keluarga di Indonesia, maka bahasa Indonesia akan tetap menjadi bahasa tuan rumah di negeri tercinta ini.
Betapa bangganya para pendahulu yang merintis kemerdekaan dan persatuan negara ini melihat generasi penerusnya yang gigih melanjutkan perjuangan mulia mereka. Ingat, tanggung jawab itu ada di tangan kita.
*Penulis adalah guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Bojonegoro, Jawa Timur, dan travel blogger pemilik alamasedy.com.