Kehamilan jadi lebih tenang dijalani, santai dan makin gembira. Setiap serangan mual, situasi tubuh tak menentu, nyeri, pusing, lelah dan semacamnya di tengah menjalankan pekerjaan, langsung saya ajak berkomunikasi: “Jangan nakal dulu ya. Mom mau bekerja. Kalau pekerjaan ini selesai kita makan enak di restoran, pulangnya beli mainan atau selimut baru buat kamu nanti.”
Pokoknya berkomunikasi tentang sesuatu yang disukai anak anak pada umumnya. Memang setiap kali berdialog, karena saya juga merasa tenang, gejolak di perut, rasa mual, pusing atau apapun itu juga teratasi. Karena terbiasa ngobrol, bayi dalam kandunganpun bisa diajak bekerja sama.
Saya bandingkan dengan situasi sebelum punya ide komunikasi dalam kandungan ini, bila morning sicknessmenjelang dan langsung mengeluh kesal, apalagi sampai mengaduh-aduh, justru rasa tak enak makin menyerang. Berbeda dengan mengajak berkomunikasi mesra, keluhan terasa menjauh dan menjalani kehamilan lebih santai hingga kelahiran tiba.
Moms, setelah saya cari-cari referensi di banyak bacaan, salah satu yang disarankan para ahli di masa kehamilan adalah berkomunikasi selagi anak masih dalam kandungan. Dampaknya tidak saja baik bagi ibunya juga pad bayi itu sendiri. Dan saya telah mencoba sekaligus membuktikan cara sederhana tapi efektif ini dalam pengalaman masa kehamilan.
Sungguh bayi dalam kandungan meski dilindungi air ketuban, sangat bisa merasakan sentuhan dan sapa dari ibunya. Tumbuh sehat, selalu merasa nyaman sehingga membentuk rasa percaya diri bayi sejak awal. Terutama lagi sama sekali jadi tidak merepotkan dalam masa kehamilan. Selain itu secara psikis, karena sering disayang-sayang sejak dini, ternyata diapun tumbuh sebagai seorang penyayang.
Meski kadang kita terlihat aneh bicara sendiri, yakinlah kita tidak bicara sendiri, mereka mendengar dan merasakan kenyamanan. Kerjasama yang baik bukan? Boleh dipraktekkan ya Mom pengalaman ini. (Intan Sari)
(Main Photo by Suhyeon Choi on Unsplash)
