5 Penyebab Kalimat Tidak Efektif

Oleh: Mas Edy Masrur

Dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan, hal yang ingin kita sampaikan adalah pesan yang dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara. Tujuan tersebut dapat tercapai jika kita menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat yang kurang efektif dapat menyebabkan beberapa hal yang tidak diinginkan, antara lain memberi kesan bertele-tele, ber-multitafsir atau bahkan tidak dapat dipahami dengan baik sehingga menimbulkan kesalahpahaman.

Seberapa efektifkah kalimat, Moms and Pops? Untuk mengujinya, mari kita kaji beberapa faktor penyebab kalimat tidak efektif berikut ini:

  1. Boros Kata

Tanpa disadari, tak jarang kita menggunakan kata yang sama dalam satu kalimat.

Contoh salah: Kepala Sekolah SMA Berbudi menghadiri kegiatan tersebut.

Seharusnya: Kepala SMA Berbudi menghadiri kegiatan tersebut.

Kata “sekolah” dalam kalimat pertama sudah terdapat dalam singkatan “SMA” sehingga tidak perlu digunakan.

Selain itu, pemborosan kata juga terjadi akibat penggunaan kata yang berbeda tetapi memiliki makna yang sama.

Contoh salah: Banyak guru-guru yang mendukung kegiatan ini.

Seharusnya: 

  • Banyak guru yang mendukung kegiatan ini.
  • Guru-guru mendukung kegiatan ini.

Kata ulang “guru-guru” mengandung makna jamak. Oleh karena itu, kata “banyak” tidak perlu digunakan.

Contoh lainnya adalah penggunaan kata “hanya” dan “saja” dalam satu kalimat. Agar kalimat Anda efektif, gunakan salah satunya saja.

Contoh salah: Saya hanya memiliki dua orang teman saja.

Seharusnya: 

  • Saya hanya memiliki dua orang teman.
  • Saya memiliki dua orang teman saja.
Foto dari Pixabay
  1. Penggunaan Kata Hubung yang Tidak Tepat

Pada dasarnya, kata hubung dibutuhkan untuk mengaitkan keterangan dalam sebuah kalimat. Misalnya kata hubung “untuk” dalam kalimat “Pembangunan ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.”

Akan tetapi, kata hubung sering digunakan sebelum subjek. Selain tidak efektif, hal tersebut menyebabkan struktur kalimat menjadi tidak jelas.

Mari kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.

  1. Bagi pengunjung harap parkir di sini.
  2. Untuk pengumuman akan disampaikan sore ini.
  3. Kepada para tamu dipersilakan menempati tempat yang telah disediakan.

Kata hubung “bagi”, “untuk” dan “kepada” dalam kalimat-kalimat tersebut digunakan sebelum subjek kalimat. Jika tiga kata hubung tersebut dihilangkan, kalimat-kalimat tersebut akan lebih efektif. 

  1. Pengunjung harap parkir di sini.
  2. Pengumuman akan disampaikan sore ini.
  3. Para tamu dipersilakan menempati tempat yang telah disediakan.
  1. Pemakaian Diksi yang Salah

Ada beberapa kata dalam Bahasa Indonesia yang sering digunakan dengan makna yang berlawanan dengan makna sebenarnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sebut saja ini merupakan salah kaprah.  

Banyak orang menggunakan kata “acuh” dengan maksud “tak peduli”. Misalnya, “Semakin lama, dia semakin acuh kepadaku.” 

Padahal, dalam KBBI, “acuh” justru bermakna “peduli atau mengindahkan”. Jadi, jika ingin mengatakan adalah seseorang yang tidak peduli, sebaiknya kita menggunakan kalimat “Semakin lama, dia semakin tidak acuh kepadaku.”

Tidak sedikit orang yang mengira kata “bergeming” bermakna “bergerak”. Misalnya, “Dia diam tak bergeming.” Padahal, dalam KBBI, “bergeming” bermakna “diam”. Jadi, kalimat seharusnya adalah “Dia diam, bergeming.”

  1. Ambigu

Sebuah kalimat kadang bermakna lebih dari satu sehingga menimbulkan keraguan, kekaburan, atau ketidakjelasan pesan. Hal ini umumnya terjadi akibat sususan kata yang kurang tepat.

Mari kita perhatikan kalimat ini. 

“HUT kemerdekaan Indonesia ke-76 dirayakan pada Selasa, 17 Agustus 2021.”

Kalimat tersebut menimbulkan dua arti, yaitu “hari ulang tahun ke-76” dan “Indonesia yang berjumlah 76”.

Kalimat seharusnya adalah “HUT ke-76 kemerdekaan Indonesia dirayakan pada Selasa, 17 Agustus 2021.” Dengan demikian, jelas bahwa yang dimaksud adalah “hari ulang tahun ke-76”.

  1. Bentuk Kata Tidak Sejajar

Bentuk kata yang tidak sejajar juga kadang digunakan. Padahal, hal ini menyebabkan kalimat kurang enak dibaca dan didengar.

Contoh salah: Tersangka diamankan dan menjalani pemeriksaan selama lima jam.

Kata “diamankan” menunjukkan bahwa kalimat tersebut berjenis kalimat pasif. Namun, “menjalani pemeriksaan” merupakan tanda kalimat aktif. 

Ketidaksejajaran bentuk tersebut dapat diperbaiki dengan menyamakan awalan pada predikat kalimat. Jadi, kalimat seharusnya adalah “Tersangka diamankan dan diperiksa selama lima jam.”

Dari lima faktor di atas tadi, adakah yang masih sering Moms and Pops gunakan? Mari sama-sama berusaha menggunakan kalimat yang efektif demi komunikasi yang efektif pula. Semoga bermanfaat!

*Penulis adalah guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Bojonegoro dan travel blogger di www.alamasedy.com

Foto utama oleh Red Light Films & Photography dari Pexels

Related Posts

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories