Atau mengamati perasaan orang lain. Sekiranya teman bersedih karena nilainya jelek padahal sudah berusaha keras. Diskusikan bersama anak dengan bertanya misalnya, “Apa yang dapat kamu lakukan supaya temanmu kembali ceria?”
Rutinitas seperti ini, niscaya membentuk kebiasaan baik dan menjadi jalan membuat cakrawala anak-anak semakin mendalam dan meluas.
2. Memupuk kemandirian dengan terlibat langsung dalam masalah sosial kemasyarakatan
Mandiri, bertanggung jawab, profesional, merupakan modal berselancar di samudra kehidupan. Anak-anak sesungguhnya punya panggilan dan suka belajar menjadi orang dewasa. Hebatnya, di masa anak-anak, jika prakondisi tercipta baik, mereka jarang merasakan bosan termasuk belajar untuk belajar.
Namun jika salah arah dalam membuat perlakuan, prakondisi bahwa anak-anak punya panggilan dasar yang baik, bisa hilang di tengah jalan.
Ada baiknya membatasi tontonan bersifat hiburan semata secara berlebihan. Dorong lebih aktif, membaca, bermain dan eksplorasi terbuka demi antusiasme belajar langsung terkait kehidupan. Seperti mengunjungi perpustakaan bersama, juga menyediakan permainan kreatif.
Dalam batas tertentu, biarkan saja beberapa ketidakrapian di ruangan tertentu. Ajakan agar terlibat dan mengalami langsung, memudahkan proses internalisasi mengapa penting kemandirian. Bukan berarti seorang diri, namun, mandiri dalam bersikap serta menentukan yang baik.
3. Kemampuan selalu fokus dan handal mengendalikan diri
Anak-anak berkembang sesuai rutinitas. Idealnya berkembang dalam kegembiraan, aman dan nyaman agar fokus, sekaligus punya dasar mengendalikan diri. Orang tua membantu membangun suasana agar dapat belajar untuk belajar. Bicarakan apa yang diharapkan dari anak-anak setiap hari, terutama hal tata tertib.
Kita hidup di dunia yang padat dengan keriuhan dan distorsi. Jadi, aktivitas yang tenang seperti membaca buku, menikmati aktivitas sensorik atau menyelesaikan pekerjaan secara bersama-sama dapat membantu anak tenang, tidak tergesa-gesa.