Memastikan sebuah janji akan terpenuhi memang tidak mudah. Tapi setiap orang tentu memiliki kemampuan untuk berusaha memenuhi janji yang terucap. Konon begitu kata orang bijak. Itulah sebabnya Hartawati berusaha menjadi Ibu bijaksana dengan memenuhi janji demi harapan putri cantiknya, Mawar de Jongh.
Terlahir dalam percampuran darah Sumatera Utara tepatnya Karo, dari garis Ibu dan ayah berdarah Belanda, Mawar de Jongh tumbuh sebagai perempuan berperangai lembut tapi berkemauan keras. Terus berupaya mewujudkan setiap keinginan yang menderu sekaligus mengejar prestasi. Dalam setiap kompetisi, artis serba bisa ini sedapat mungkin selalu berusaha membawa pulang piala. Bahkan Mawar sampai menangis kalau kalah sambil bertekad akan membawa piala di kesempatan berikut.
“Saya menyadari darah seni mengalir kuat pada diri Mawar, sekuat ambisinya pula dalam mencapai sesuatu. Dan sebagai Ibu saya merasa perlu meredam sedikit, demi kesehatan dan juga kelangsungan pendidikan. Saya mau dia mengutamakan sekolah,” cerita Hartawati, Ibu yang selalu mendampingi dirinya.
Bisa jadi karena sering mendengar suara merdu Ibunya yang juga pintar menyanyi, sejak kecil Mawar sudah gemar bersenandung dan cepat sekali menghafalkan lagu. Senang jadi pusat perhatian dan bila diminta menyanyi di depan banyak orang juga langsung tampil tanpa malu-malu.
Apalagi kalau Mawar mulai mengumpulkan anak-anak tetangga dan dijadikan penonton sementara dia menunjukkan kebolehannya bernyanyi. Kadang juga berperan sebagai Ibu guru cilik mengajari sekumpulan anak-anak tadi bernyanyi setelah menyuguhkan pertunjukan ala Mawar. Menggemaskan!
Menyaksikan kesehariannya, ternyata tidak hanya Hartawati yang menangkap talenta putrinya ini. Termasuk salah satu tetangga yang punya kenalan di sekolah modelling, lalu menyarankan agar didaftarkan ke sana.
Baca juga: Donna Agnesia: Bersiap untuk Siap!
“Sebetulnya saya tidak terlalu paham soal modelling karena baru saja pindah ke Medan dari Belanda. Tapi demi menyalurkan bakat dan kemampuan Mawar saya coba juga mendaftarkan Mawar dan kakaknya Budi sekaligus. Ternyata mereka sangat menikmati kelas itu,” kenang Hartawati.
Dari situ kedua anaknya rajin mengikuti kompetisi sejak Mawar masih berusia 3 tahun dan kakaknya 6 tahun.
“Melihat jiwa petarungnya begitu besar, saya sebagai Ibu justru mulai khawatir sekolahnya bakal terbengkalai. Jadi sempat saya stop, dan janji kalau sudah agak besar akan diijinkan kembali berkesenian,” begitu kata Hartawati untuk menenangkan.
Memang pada akhirnya, bakat seni Mawar semakin tumbuh subur. Tidak sekedar menyanyi, modelling bahkan mulai merambah dunia seni peran. Tawaran shooting juga mulai berdatangan, dan Mawar semangat sekali. Sangat bertanggung jawab kalau sudah shooting.