Berbeda penanganannya pada kanker tulang stadium lanjut. Tata laksana ditentukan berdasarkan respon penyebaran kankernya ke paru setelah dilakukan kemoterapi. Bila setelah kemoterapi sudah tidak dijumpai sel-sel kanker di paru, maka akan segera dilakukan amputasi dan kemoterapi lagi. Jika terjadi sebaliknya, maka dokter akan menganjurkan orangtua agar anak mendapat pelayanan paliatif.
Pelayanan paliatif tujuannya bukan untuk menyembuhkan, namun hanya untuk membuat anak nyaman dan tidak menderita karena penyakitnya. Tidak mustahil pada tahap ini kemoterapi dan pembedahan masih dapat dilakukan, tetapi tujuannya, sekali lagi, hanyalah untuk mengurangi penderitaan, bukan untuk menyembuhkan.
Hal yang sering menghambat dokter dalam menangani anak yang terkena kanker tulang adalah ketika orangtua tidak memberi izin untuk anaknya diamputasi. Banyak orangtua yang menolak untuk anaknya diamputasi. Seandainya tidak diamputasi, maka sumber kanker akan tetap ada dan penyebaran akan terus berlangsung. Dapat ditebak akhir dari semua ini, yaitu kematian.
Bila anda adalah orangtua yang mungkin saat ini anaknya terkena kanker tulang, jangan takut mengambil keputusan ketika dokter meminta izin untuk mengamputasi anak bapak dan ibu. Justru dengan cara inilah dokter dapat menyelamatkan anak anda. Teknologi yang canggih saat ini dapat membantu anak-anak yang diamputasi. Protesa kaki dengan kualitas yang sangat baik, bahkan fungsinya mendekati kaki yang sebenarnya, dapat dijumpai dengan harga yang bervariasi.
Seandainya anak berasal dari keluarga kurang mampu, ada yayasan atau donatur yang siap untuk membantu orangtua mendapatkan kaki palsu untuk anaknya.
Baca juga: Beli Asuransi Kesehatan? Cek Dulu Hal-hal Ini Ya!
Saya punya contoh seorang anak perempuan usia remaja yang terkena kanker tulang. Dia tergabung di klub basket dan sering mewakili sekolahnya untuk mengikuti pertandingan basket antar sekolah. Singkat cerita, semuanya berjalan baik sampai akhirnya diketahui kalau dia terkena kanker tulang.
Sama dengan orangtua pada umumnya yang anaknya terkena kanker tulang, bapak ibunya masih menginginkan kalau bisa anaknya tidak diamputasi. Keluarga ingin minta pendapat kedua dari dokter di luar negeri. Maka dibawalah anaknya ini ke Cina. Dokter di Cina masih mau untuk mengusahakannya.
Namun, setelah segala upaya dijalani, amputasi tidak terelakkan, amputasi tetap harus dilakukan. Peristiwa ini mengajarkan bahwa baik di luar negeri maupun di dalam negeri, kalau memang secara medis harus diamputasi, maka dokter pasti akan tetap menganjurkan anak untuk diamputasi. Jangan pernah berpikir kalau berobat ke luar negeri pasti tidak diamputasi. Terbukti, anak ini akhirnya diamputasi juga di Cina.
Setelah diamputasi, pasti banyak yang menganggap kalau anak ini tidak mungkin bisa main basket lagi. Harus saya katakan bahwa anggapan itu salah. Setelah selesai menjalani kemoterapi, ia melanjutkan sekolah hingga lulus SMA dan meneruskan ke bangku kuliah untuk menjadi seorang ahli gizi. Anak ini sampai sekarang bahkan masih main basket dengan menggunakan kursi roda. Pernah terpilih sebagai atlet nasional dan mewakili Indonesia dikompetisi internasional bola basket paralimpik.
Semoga informasi dan cerita di atas dapat menambah wawasan, menjadi inspirasi, dan penyemangat. Mohon kekuatan dari Tuhan dan kiranya Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua, khususnya buat adik Sinta Aulia Maulidiyah berikut keluarganya.
Foto utama dari Burst. Foto ilustrasi dari National Cancer Institute & Unsplash serta Anna Tarazevich dari Pexels