7. Cerdas, Lugas dan Bernas
Sekelompok singa mengajarkan kemampuan mengatasi dan mendominasi masalah hidup dan kehidupan. Jadi, kita selayaknya hidup seperti pemenang sejati bermodalkan cerdas dan lugas. Di titik ini, “ukuran” menjadi tidak relevan. Jika ukuran sungguh penting, gajah akan menjadi raja hutan.
Kehidupan ini penuh perjuangan. Dalam perjalanannya, yang cerdas dan lugas akan bertahan. Namun, jika tidak bernas dapat menimbulkan implikasi. Misalnya, jika berlebihan, tidak bernas, bisa jadi kecerdasan dan kelugasan dalam mempertahankan hidup menimbulkan masalah bagi pihak lain sehingga berakibat disharmoni.
Rakus dan berlebihan akan sumber daya alam yang membuat kita mampu bertahan hidup misalnya, pasti menimbulkan gangguan dan musibah untuk alam. Jadi, kecerdasan dan kelugasan penting. Supaya afdol, harus dilengkapi kebernasan. Sadar batas yang pas sehingga tidak asal terabas sampai bablas.
Lewat dialog berkualitas dengan anak-anak, kita dapat belajar dari fenomena apa saja di alam. Jelas kita mendapatkan pembelajaran bermakna dari kehidupan singa. Bagaimana bertahan, meski memangsa, tetapi sesuai kodratinya. “Tidak memburu untuk ditabung” sebagai bekal bagi anak cucu (intermeso: untung singa tak punya kulkas). Singa mencari kehidupan demi kehidupan. Demikian juga kita, belajar, mengejar sukses dan sejahtera agar hidup, tetapi untuk dan demi kehidupan yang hakiki.
Setiap menonton film tentang singa, hewan atau tumbuhan lain, mari mempelajari pesan dan makna dari kehidupan alam flora dan fauna. Dalam konteks ini, bagaimana “menjadi singa sejati dalam kehidupan sehari-hari” agar tidak digilas jaman apalagi merusak peradaban.
Kembali ke kutipan di awal how to predict the future? Create it! Bagaimana memprediksi masa depan? Ciptakan! Ringkas saja agar tidak membingungkan. Meski mampu, juga belum tentu tepat membuat prediksi yang pas, lebih baik kita kreasikan saja. Berdialog dengan anak-anak soal tujuan hidup, lalu upayakan kondisi dengan harapan kita mampu menanamkan ketujuh pelajaran yang dipetik dari cerita ilustratif tentang singa.
Ketidakpastian di depan membuat kita cemas, tetapi jangan sampai menjadi ikutan tidak waras. Ya, we can’t change the wind, but the wing! Kita memang tak bisa mengubah arah angin. Tetapi dapat menyesuaikan “kemudi” agar bisa memanfaatkan arah sehingga terbantu.
Kita memang tak tahu dan tak mampu mengubah apa yang datang. Tetapi tetap mampu menyesuaikan diri dengan semua perubahan. Caranya, kembali lagi, membaca dan mempelajari fenomena alam lalu menerapkan dalam kehidupan.
Alam selalu alami. Yang alami tidak pernah mendustai. Ketaatan mengikuti hukum alam secara alami tak pernah mencelakakan. Setiap jalan memperoleh nikmat berupa kemanfaatan. Ada dua kunci: Kunci pembuka: Kecerdasan dan keihklasan. Kunci penutup: Kemalasan dan Ketakutan!
Foto utama dan ilustrasi dari Burst