Dalam perjalanan proses kreatifnya, A’ang bahkan menantang diri sendiri. Bagaimana sekiranya dengan kepribadian tertutupnya, selama ini sebagai pekerja balik layar, mencoba tampil ke depan layar sebagai presenter membawakan berbagai tema. Jadilah dia merangkap berbagai peran di G.O.A.ria dengan menyebut diri sebagai pembantu umum.
“Aku melakukan segala macam dari hulu ke hilir, hilir ke hulu, bolak balik sampai bingung sendiri. Mulai dari ide cerita sampai skenario dan mengarahkan produksi. Tentu untuk proses shooting dan editing ada staf khusus,” jelasnya.
Pemicu ide program ini juga termasuk sebagai salah satu cara menyiasati situasi pandemi. “Meski ada pembatasan beraktifitas, bukan berarti berdiam diri juga kan. Makanya aku menantang diri sendiri tampil di depan layar. Berusaha melakukan sesuatulah semasa pandemi,” tambahnya tetap kocak.
Sekalipun tidak mudah, tetap A’ang berniat ambil peran dalam dunia pendidikan agar sedikit berbeda dari eranya dulu. Dimana banyak sistem pengajaran itu memaksa anak menghafal tanpa paham apa yang dihafalkan. Sebagai anak dia menginginkan ada metode belajar mengedepankan kreatifitas. Dibangun dengan mengenal logika dan korelasi agar tidak membosakan dan bermakna.
Sebagai ilustrasi dari masa lalu, dia pun masih mengalami di mana setiap menggambar pemandangan selalu ada 2 gunung dan langit harus berwarna biru. Bila langit tidak biru, gunung tidak berbentuk segitiga dan berjumlah dua dengan matahari di tengahnya maka akan salah.
Padahal kenyataannya, langit tak selalu biru dan gunung tak harus segitiga apalagi wajib berjumlah 2. Termasuk matahari belum tentu berada diantara dua gunung tadi. Tapi sekali lagi, semua sudah ‘tercetak‘ demikian dalam 1 model. Karenanya, membangun kreatifitas dari pembelajaran masa lalu inilah A’ang ingin berbuat. Meski dengan tegas pula dia sampaikan bahwa bukan berarti juga bahwa G.O.A.ria adalah sebuah metode edukasi. Sama sekali tidak.
Baca juga: 4 Pesan Singkat untuk Anak di Sekolah
Sekedar ingin berbagi bahwa segala sesuatu tidak harus 1 model seperti cetakan. Belajar bisa lewat cara menggelitik biar tidak jenuh sehingga menyenangkan baik bagi pendidik maupun peserta belajar.
Lewat cara-cara menggelitik dalam G.O.A. ria dia ingin mewujudkan banyak mimpi. Salah satunya, ini bisa jadi program TV bertema edukasi, berbagi ilmu tentang sebuah keterampilan sebagai bekal masa depan.
“Aku suka nonton saluran TV luar negeri yang sarat informasi. Meskipun bukan bidang kita, tapi bisa dapat ilmu tambahan. Cara menyampaikannya ringan, menyenangkan dan mudah dipahami. Aku berharap program yang kugawangi ini bisa begitu. Sekarang tiap episode ada bintang tamu berbagi tentang cara menari, bikin animasi dan ilmu praktis lain,” kata A’ang yang masih menyimpan banyak mimpi besar.
Berharap kelak, dengan figur-figur yang telah diciptakan dan ide-ide terangkum selama ini semakin berkembang. Siapa tahu sampai bisa punya entertainment park berikut hotelnya. Tersedia pusat-pusat pelatihan berbagai hal untuk guru, orangtua maupun anak dalam format entertainment education. Semoga ya. (IS)
Intip yuk kanal G.O.A.ria di sini.