Oleh Dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA.
Ketika berjalan hendak menuju ruang praktek, tidak sengaja saya mendengar ibu-ibu yang berbincang tentang anaknya. Ada ibu yang berujar bahwa anaknya sekarang makan nasi merah. Ibu lain kemudian menimpali dengan mengatakan kalau dia tidak memperbolehkan anaknya makan daging sapi. Pembicaraan tampak semakin seru karena ibu-ibu yang lain tidak mau kalah untuk menceritakan makanan apa yang mereka berikan untuk anaknya yang terkena kanker.
Melihat keseruan mereka, saya akhirnya ikut nimbrung dengan mereka. Saya bertanya, “Apa alasan ibu-ibu memberikan makanan itu semua kepada anak-anaknya?”. Seorang ibu menjawab, “Supaya kanker anak saya tidak tambah parah”. Ada juga yang alasannya adalah agar sel kankernya kelaparan sehingga akhirnya mati dan anaknya sembuh.
Mendengar jawaban yang diberikan, saya jadi mengerti. Media sosial banyak memberikan informasi tentang kanker, salah satunya adalah tentang makanan apa saja yang harus dihindari supaya dapat terhindar dari kanker. Akan tetapi, harus diketahui bahwa informasi tersebut adalah untuk mencegah kanker pada orang dewasa, bukan untuk anak-anak.
Kanker pada anak berbeda dengan kanker pada orang dewasa. Kanker pada orang dewasa dapat dicegah, salah satunya dengan pola makan yang sehat. Sebaliknya, kanker pada anak yang tidak dapat dicegah.
Saya selalu sampaikan hal ini kepada orang tua, “Sehebat apapun orang tua menjaga anaknya, kalau Tuhan berkata anakmu kena kanker, maka jadilah anak itu kena kanker”.
Akan tetapi, walaupun kanker pada anak tidak dapat dicegah, bukan berarti orang tua tidak perlu mengajarkan pola makan yang sehat kepada anaknya.
