Hari Perempuan Internasional: “Ibu-ibu, kalian perempuan luar biasa.”

Oleh: Dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA.

Ibu mana yang mau anaknya sakit. Semua pasti menginginkan buah hati mereka sehat-sehat selalu. Jika ternyata suatu hari anak mereka sakit, dilukiskan oleh seorang ibu, itu ibarat disamber gledek. Anak demam saja sudah membuat ekspresi ibu seperti itu. Bagaimana kalau anaknya terkena kanker.

Sebagai dokter yang menangani anak dengan kanker, saya dapat melihat bagaimana perjuangan seorang ibu yang selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anaknya yang terkena kanker. Dimulai sejak dokter menyatakan bahwa anak mereka terkena kanker. Mungkin belum menjadi masalah ketika anaknya masih kecil. Jika anaknya sudah cukup besar dan sudah mengerti tentang apa yang terjadi pada dirinya, pada titik inilah pertama kali terlihat seorang ibu yang mencoba untuk menerangkan dan menenangkan anaknya.

Saat itu, dari cara bicaranya, ibu bisa tampak tenang sekali. “Padahal dalam hati, saya ingin sekali berteriak dan menangis dok”, ungkap seorang ibu pasien kepada saya. “Apa lagi kalau anak mau diambil sumsum tulangnya dan harus intratekal setiap minggu. Kalau bisa, saya ingin sekali menggantikan anak saya. Biar saya saja yang menjalani itu semua”, lanjutnya.

Di ruang tindakan, memang wajah ibu-ibu tegang semua. Bagi yang baru pertama kali, ketegangan itu sangat jelas terlihat. Sementara menunggu anaknya dilakukan tindakan, tidak jarang ada ibu-ibu yang menangis berurai air mata. Untung anak-anak tidak melihat ibunya menangis karena masih tertidur akibat obat bius. Saya tidak pernah melarang orangtua menangis, namun kalau mau menangis jangan di depan anak.

Baca juga: Apakah Ada Makanan yang Harus Dihindari supaya Anak Tidak Terkena Kanker?

Suasana di ruang rawat berbeda lagi. Kalau saya perhatikan, lebih banyak ibu-ibu daripada bapak-bapak yang menemani anaknya menjalani kemoterapi. Bapak-bapak memang saya anjurkan untuk tetap bekerja. Hari Sabtu dan Minggu, bapak bisa bergantian jaga dengan ibu supaya ibu bisa istirahat.

Sekalipun sudah direncanakan demikian, kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Anak kebanyakan lebih nyaman bila ditemani oleh ibunya. Tidak heran bila pagi-pagi saya periksa pasien, terlihat mata ibu yang sembab karena kurang tidur selama di rumah sakit. Walaupun demikian, ibu-ibu ini selalu berusaha tersenyum di depan anak-anaknya.

“Kalau saya boleh berpendapat, tidak hanya ibu ini yang kuat, tetapi semua ibu yang anaknya terkena kanker adalah ibu-ibu yang kuat.”

Selain kerja dan karena memang anak maunya ditemani ibu, ada seorang bapak yang punya alasan menarik, yaitu karena dia tidak kuat melihat anaknya menderita selama pengobatan berlangsung. Sang suami akui bahwa istrinya memang lebih kuat dibandingkan dengan dirinya. Kalau saya boleh berpendapat, tidak hanya ibu ini yang kuat, tetapi semua ibu yang anaknya terkena kanker adalah ibu-ibu yang kuat. Saya bahkan pernah berkata kepada seorang ibu, “Maafkan kaum saya ya bu, yang ternyata tidak sekuat seperti yang saya bayangkan”.

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories