Pacaran pada remaja merupakan hal yang umum terjadi. Rasa tertarik pada lawan jenis atau orang lain memang bagian dari proses tumbuh kembang anak beranjak remaja sehingga hubungan berpacaran dilakukan. Usia berapa sebaiknya remaja boleh berpacaran? Setiap anak memang berbeda-beda. Jadi perlu memperhatikan perkembangan masing-masing anak.
Usia Pacaran pada Anak
Secara umum, anak mulai tertarik pada orang lain pada usia 10-13 tahun. Sejak saat itu kemudian yang memilih untuk berpacaran atau menjalin hubungan khusus. Usia tersebut biasanya anak sudah masuk SMP. Mereka rata-rata sudah mulai menunjukkan perubahan fisik dari anak-anak ke dewasa, atau disebut remaja.
Namun usia remaja yang sebaiknya boleh pacaran yaitu mulai usia 16 tahun. Pada usia 16 tahun, mereka biasanya sudah cukup dewasa. Pada usia tersebut mereka juga sudah masuk SMA.
Meskipun sudah SMA dan cukup dewasa, namun remaja tetap perlu diberi batasan dalam berpacaran. Orang tua bisa menjadi sosok yang memberikan panduan dan wawasan mengenai hubungan yang sehat.
Baca juga: Kapan Anak Pantas Diberi Ponsel Sendiri?
Beberapa batasan yang bisa diterapkan untuk remaja misalnya:
a. Izin saat pergi keluar
Remaja yang ingin keluar rumah perlu meminta izin dari orang tua. Mereka juga perlu memberikan penjelasan tentang bersama siapa saja dan ingin pergi ke mana. Orang tua perlu mengenal siapa teman anaknya dan juga kontaknya sehingga bisa lebih mudah jika ingin dihubungi.
b. Batasan pulang malam
Remaja sebaiknya juga tidak pergi terlalu larut malam, apalagi jika hanya berdua saja. Orang tua bisa memberikan batasan jam berapa anak harus pulang pada malam hari. Remaja sebaiknya tidak terlalu sering bepergian di malam hari dan perlu fokus pada pendidikan.
c. Tempat yang boleh dikunjungi
Ada tempat-tempat yang memang tidak boleh dikunjungi oleh remaja. Orang tua bisa memberitahu agar remaja tidak pergi ke tempat-tempat tersebut. Orang tua perlu menjelaskan mengapa mereka tidak boleh mengunjunginya.
d. Apa yang tidak boleh dilakukan
Remaja yang berpacaran kadang bisa melewati batas. Sejak awal, orang tua bisa memberitahu secara baik-baik tentang apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apalagi sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan orang yang beragama. Aturan agama bisa menjadi landasan bagi orang tua yang ingin memberikan batasan pada anaknya.
