Selaku orang tua, bagaimana menyikapinya?
Simak yuk beberapa ilustrasi dan inspirasi berikut. Harapannya, meski ada kecemasan dalam memanfaatkan media sosial, tetapi kita pun masih tetap dalam batas kewarasan. Bukankah banyak hal baik dari kehadiran media sosial? Memang, pada saat bersamaan juga banyak risiko dan hal-hal harus dihindari agar anak tidak salah arah. Karena tidak selalu mampu membuat pilihan bijak saat mengakses informasi.
Termasuk ketika memposting sesuatu ke situs tertentu, jelas dapat menimbulkan masalah di kemudian hari. Jadi, penting membahas dengan anak-anak cara bijak menggunakan media sosial.
Apa yang baik tentang media sosial? Tentunya dapat membantu anak-anak terhubung dengan teman dan keluarga sehingga berbagai aktivitas positif dapat dilakukan. Termasuk berbagi gagasan tentang pelajaran dan hobi. Juga menjalin komunikasi dengan guru, sesama teman sekolah atau komunitas lain.
Baca juga: 5 Jurus Mengenalkan Anak Pertama Kali Tentang Puasa Ramadan
Apa yang berpotensi memberi pengaruh negatif bila tidak bijak bermedia sosial? Dapat menjadi medium penyebaran berita bohong, ujaran kebencian dan perundungan. Lalu, tanpa disadari anak-anak berbagi lebih banyak informasi pribadi daripada yang seharusnya.
Umumnya anak-anak memposting foto diri menggunakan nama asli dilengkapi tanggal lahir, minat, nama sekolah bahkan domisili. Ini bisa menjadi sasaran empuk predator online dan dimangsa pihak yang berniat jahat dan membahayakan. Dalam beberapa kurun waktu terakhir, sering anak-anak melapor telah dihubungi seseorang tak dikenal hingga merasa takut dan tidak nyaman. Juga keluhan disodori iklan tidak sesuai usianya, masalah perundungan bahkan ancaman dari predator online.
Tanpa kewaspadaan, bukan mustahil anak-anak menghadapi kemungkinan pertemuan fisik dengan orang yang salah. Banyak aplikasi mutakhir secara otomatis mengungkapkan lokasi anak-anak saat digunakan.
Belum lagi masalah foto, video dan komentar tak dapat dihapus setelah diposting. Terekam abadi. Maka dari itu butuh pendampingan sambil diberi pemahaman bahwa memposting foto tak pantas dapat merusak reputasi. Jejak digital itu kejam, dapat menyebabkan masalah di kemudian hari. Mengirim teks kasar, celotehan tidak senonoh, meski berupa lelucon, dapat menyakiti orang lain, bahkan dianggap ancaman.
Apa lagi potensi negatif lainnya?
Anak-anak tanpa sadar menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial. Apa lagi jika mengakses film yang belum tentu sesuai perkembangan jiwa mereka. Memang, memanfaatkan media sosial tidak membuat kita mendadak miskin akibat mengeluarkan biaya kuota. Tetapi sudah pasti menguras waktu dan menggerogoti fokus kita. Melihat berapa banyak “teman” yang dimiliki orang lain, foto-foto mereka bersenang-senang dapat membuat anak-anak merasakan situasi buruk tentang diri sendiri, merasa tidak sebanding dengan teman sebaya lain.