Memang kanker anak hanya 2-3% dari jumlah kanker secara keseluruhan. Akan tetapi, di Indonesia, persentase yang terlihat kecil itu jumlah riilnya adalah ribuan. Bukan suatu jumlah yang sedikit.
Hindari pemikiran, “Saya mau konsentrasi ke penyakit-penyakit yang banyak dijumpai saja dulu. Kanker anak kan sedikit, jadi nanti-nanti saja saya mempelajarinya”.
Karena sikap seperti itulah yang akhirnya membuat kewaspadaan dokter terhadap kanker anak menjadi berkurang atau bahkan tidak ada lagi. Akhirnya, gejala-gejala yang dijumpai selalu dikaitkan langsung dengan penyakit-penyakit yang banyak dijumpai. Setelah diobati dan tidak ada perbaikan, tetap saja tidak terpikirkan oleh dokter apakah gejala tersebut adalah gejala kanker. Saat ke dokter anak, kankernya sudah dalam kondisi atau stadium lanjut.
Baca juga: 7 Cara Berbagi Tugas Merawat Anak Sakit
Beragam kejadian tadi, baik yang melibatkan orang tua maupun dokter, berpotensi besar menjadi penghambat bagi dokter anak untuk dapat mengobati dan menyembuhkan anak yang terkena kanker. Semoga semua masih ingat bahwa kanker pada anak dapat disembuhkan bila ditemukan dalam kondisi atau stadium yang masih awal atau dini.
Bagi orang tua, jangan sia-siakan informasi yang banyak dijumpai di media sosial. Tinggal ketik “kanker anak”, maka akan tampil ribuan informasi yang dibutuhkan. Informasi yang dibaca kiranya juga dapat membantu Moms and Pops dalam mengambil keputusan yang tepat bagi anaknya.
Seandainya kita jumpai gejala yang mengarah ke kanker, segera konfirmasi ke dokter. Semoga bukan kanker. Kalaupun ternyata kanker, kita bersyukur karena artinya kanker yang dijumpai pada si kecil masih dalam kondisi atau stadium yang awal, sehingga kemungkinan sembuhnya lebih besar dibanding kalau ditemukan sudah dalam kondisi atau stadium lanjut.
Bagi dokter yang berperan sebagai garda terdepan, yang setahu saya sudah mendapat pelatihan tentang penemuan dini kanker pada anak, kiranya masih dapat menyisihkan sedikit dari pemikirannya untuk kanker anak pada saat melakukan praktek kedokterannya.
Pernah ada seorang peserta pelatihan yang yang bertanya,
“Setelah edukasi ini, kami ngapain?”
Sebagai pelatih dan dokter anak yang menangani kanker anak, saya hanya mohon agar semua peserta pelatihan menguasai pedoman yang sudah disusun oleh Kementrian Kesehatan dan mengikuti setiap langkah yang tertulis jelas di dalamnya.
Jika hal tersebut dilakukan, sebagai dokter-dokter yang ada di fasilitas kesehatan terdepan, berarti Anda telah turut andil juga dalam proses penyembuhan anak-anak yang terkena kanker. Dan bukankah itu hasil akhir yang diinginkan oleh setiap dokter ketika mengobati pasiennya?
Di masa yang akan datang, semoga kisah-kisah seperti ini berkurang bahkan tidak ada lagi.
Seandainya demikian, hanya ada satu arti, bahwa makin banyak anak terkena kanker di Indonesia yang sembuh karena kankernya masih dijumpai pada kondisi atau stadium awal.
Berkat siapa? Siapa lagi kalau bukan orang tua dan dokter-dokter di fasilitas kesehatan terdepan.
Foto utama oleh Polina Tankilevitch dari Pexels