Sedangkan pasca-reformasi, dimana tidak adalagi perang ideologi, LSF difungsikan untuk menciptakan standarisasi moral yang sesuai untuk masyarakat. Keputusan atau rekomendasi pemotongan adegan dalam sebuah film, selalu diikuti oleh alasan moral maupun kepribadian bangsa yang berbudi pekerti luhur. Disini bisa dianggap bahwa setiap individu tidak memiliki kemampuan maupun moralitas yang ideal bagi pemerintah melalui LSF.
Baca juga: Musik dan Si Kecil
Perihal sensor atas sebuah tontonan sepatutnya menjadi kemerdekaan setiap individu penonton. Setiap penonton berhak dan sah dapat memilih tontonannya. Kemerdekaan menonton tersebut tentu berdasarkan kemampuan berpikir, pemahaman logika, kekayaan perpektif, maupun kedalaman ideologi individu yang bersangkutan. Sehingga individu tersebut mampu dengan sadar untuk memilih dan memilah tontonan yang ada. Bukan dengan “merusak” dan memotong adegan dalam sebuah karya film, tapi penontonlah yang memilih tontonannya.
Kekayaan individu tersebut tentu dipupuk sejak masa petumbuhan dimana faktor kehadiran orang tua sebagai pendamping menjadi krusial. Orang tua menjadi awal mula pijakan dari seorang individu untuk berjalan dan bertumbuh. Orang tua perlu menjadi lebih luas wawasannya guna mampu menawarkan horizon yang lebih lebar kepada si anak.
Orang tua wajib lebih cerdas dalam menjawab zaman yang semakin dinamis. Orang tua yang “menitipkan” anaknya kepada lembaga pendidikan formal kadang menjadi lubang dalam pembangunan sebuah logika bagi seorang anak. Anak akhirnya tercetak pada sebuah nilai dan norma umum yang entah darimana diyakini sebagai sebuah kebenaran mutlak.
Yang ada nilai maupun norma tersebut hanya menjadikan seorang anak adalah cetakan template yang logikanya harus dibentuk oleh pihak lain.
Seperti pada contoh bahwa LSF adalah lembaga eksternal yang secara tidak langsung mengatur kita untuk menonton film yang mana dan pemikiran seperti apa yang layak kita konsumsi. Padahal, ideologi, wawasan, maupun moralitas adalah elemen kemerdekaan seorang individu.
Baca juga: Tips Siapkan Koleksi Pakaian Terbaik Anak ala Tya Ariestya
Dimana elemen-elemn tersebut perlu dibangun dan ditanamkan melalui orang tua. Dengan masih adanya LSF maka menunjukan bahwa Orang Tua gagal menjadi pandu bagi anak-anaknya. Atau mungkin LSF sebagai kepanjangan-tangan pemerintah memang tidak pernah percaya dan tidak memberikan kepercayaan kepada setiap warga-nya bahwa urusan moral dan akhlak adalah urusan paling privat mereka, yang otomatis akan tercermin dalam laku hidup mereka sehari-hari.
Sekali lagi, selamat Hari Film Nasional!
Foto koleksi Produser Nyanyian Anak, poster-poster film dari IMDB.com