Mengurus balita adalah tugas yang cukup menantang di mana ketahanan fisik dan mental Moms and Pops senantiasa teruji dari hari ke hari, terutama di awal-awal ketika kita sendiri sendiri masih dalam tahap penyesuaian dengan irama baru kehidupan dengan si kecil.
Hal ini rentan menyebakan orang tua rentan mengalami apa yang dinamakan sebagai Parental Burnout.
Baca juga: Mengintip 3 Faktor Pembentuk Dinamika Keluarga
Dikutip dari Healthline, sebuah situs berita kesehatan, Parental Burnout adalah kelelahan fisik, mental dan emosional yang dirasakan seseorang dalam mengasuh anak. Sebagaimana dijelaskan Dr. Puja Aggarwal dalam artikel mereka.
Tentunya sebagai orang tua, kita senantiasa berusaha membangun suasana yang positif bagi anak agar masa pertumbuhan awal yang penting dalam pembentukan sikap anak dapat berjalan dengan baik.
Untuk dapat menjaga hal tersebut maka orang tua juga harus selalu menjaga tidak hanya fisik melalui olah raga dan makan sehat, tetapi juga mental agar tetap prima, terlepas dari beragam kesibukan harian mulai dari urusan rumah, keluarga, sampai masalah di kantor.
Menurut penelitian terbaru, kondisi mental anak terhubung langsung dengan kondisi mental orang tua-nya, sehingga Moms and Pops harus dapat sedini mungkin mengidentifikasi gejala Parental Burnout, di mana stamina orang tua habis terkuras sehingga tidak lagi efektif dalam menjalankan gaya asuh positif dan dampaknya bisa menular ke si kecil.
Untuk mencegahnya, kita dapat memulai sejak dini membuka jalur komunikasi seputar pengasuhan anak yang imbang dengan pasangan.
Nah, nagaimana memulai percakapan soal kesehatan mental kita dengan orang lain? PG telah merumuskan beberapa langkah yang disadur dari situs resmi badan kesehatan masyarakat nasional Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention, dalam kampanye mereka: How Right Now, yang didesain untuk membantu orang tua dan orang dewasa menghadapi tekanan mental terutama selama masa pandemi yang juga berguna dalam pergaulan sosial dan hubungan dengan pasangan secara umum.