It’s A Man’s Man’s Man’s World

Terasa betul kolaborasi ciamik, membangun fantasi betapa indahnya perpaduan itu andai diterapkan pada sebuah relasi pria dan perempuan  sebagai pasangan.  

Boleh saja perempuan mengatakan bisa melakukan hal-hal yang biasa dilakukan pria. Dibalas kaum pria pula, merekapun mampu melakukan segala yang dilakukan perempuan.

Tja, saling klaim ‘kekuatan’, berbau aroma pertikaian pula. Padahal sesungguhnya bila tidak diutarakan sebagai persaingan, pasti menumbuhkan kolaborasi dahsyat sesuai tuntutan era society 5.0.

Perempuan bekerja pun sudah bukan sekadar tuntutan kesetaraan gender, tapi karena harus. Terkadang hingga mengambil alih tampuk ‘kepemimpinan’ yang sesungguhnya tak perlu.

Bukankah menjadi perempuan dibawah ‘asuhan’ pria itu menyenangkan? Punya pelindung tempat bersandar kala lelah, atau teman diskusi di tengah belitan problematika kerja. (tanpa sangkar madu tentunya)

Secara kodrati masih menjadi kesepakatan tersirat bahwa pria adalah kepala keluarga. Bertanggung jawab atas perekonomian rumah tangga.

Namun ada situasi perempuan pemegang kendali finansial karena karir dan pendapatan lebih tinggi dari suami. Bahkan tak berpendapatan.

Sampai di sini, pinjam istilah anak sekarang jadi situasi pinggir jurang. Jelas beda pendapatan menjadi isu krusial. Jangankan beda pendapatan yang jelas-jelas ada lho yang diperoleh. Beda pendapat saja, padahal belum tentu mendapatkan sesuatu pun bisa berujung kehancuran. Seperti situasi politik menjelang pilpres.

Related Posts

Comments

  1. Kondisi istri berpenghasilan lebih dari suami mmg butuh keluasan hati dari kedua pasangan. Istri tdk boleh jumawa, suami jangan minder apalagi baper.
    Yg utama bagi keduanya adalah perlu BERSYUKUR dan selalu BERSERAH pada penyelenggaraan Ilahi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories