Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai tokoh Pendidikan Nasional menuliskan, “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri, pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”
Sejalan dengan goresan ini, maka para pendidik selayaknya menyadari bahwa perkembangan seorang anak adalah di luar kehendak apalagi kekuasaan kita. Meski tengah mengajarkan sebuah pengetahuan, bila sampai melakukan intervensi berlebihan tidak pada tempatnya, berarti kita sama saja dengan mengkorupsi sisi kemanusiaan anak. Andaikata ini terjadi, alih-alih mendidik, justru terjadi penggerusan sisi kemanusiaan anak yang sudah ada sebelumnya. Demikian ditambahkan beliau.
Para pendidik diajak mendorong siswa mengenali siapa dirinya, menjelaskan apa makna dari sesuatu yang tengah dipelajari. Berikutnya, bagaimana situasi harus dibangun sehingga siswa sungguh memiliki cukup ruang untuk tumbuh kembang sesuai kodrat.
Masih ditambahkannya pula dengan semangat menggebu: “ Karena pendidikan itu sebetulnya dunia anak-anak, kitalah yang harus memasuki dunia mereka. Bukan sebaliknya menarik mereka ke dunia kita.”
Ini tentu saja berkaitan dengan bahan ajar yang dipersiapkan sebagai penunjang dari proses pendidikan itu sendiri. Sebagaimana telah berjalan, ada ketetapan soal kurikulum pembelajaran tiap bidang. Namun tidak setiap yang tertulis sesuai dengan kemampuan tiap anak. Kekuatan kurikulum tidak semata pada konten, melainkan lebih kepada keampuhan kurikulum itu beradaptasi dengan situasi kekinian yang senanatiasa berubah.
Adalah penting memikirkan bagaimana merancang sebuah proses yang mampu beradaptasi dengan situasi terkini, ditingkahi perubahan pesat secara global. Harus bisa menyediakan pelayanan pembelajaran kepada setiap peserta didik tanpa kecuali.
Kerap terjadi benturan antara pengelolaan dan kebutuhan peserta didik. Pada situasi begini dibutuhkan kepiawaian menentukan langkah terbaik. Jangan sampai memilih mengorbankan kepentingan siswa demi menjalankan sistem.