3. Jadi Sandaran Nyaman
Bayi tidur dengan boneka bersama orangtua memberi nuansa pengasuhan kondusif. Biarkan anak tahu kita selalu ada untuk mereka. Responsif terhadap sinyal anak, peka akan kebutuhannya dan menerima sebagai individu. Jadilah tempat hangat dan aman bagi anak sebagai modal berselancar di semesta, serta tetap ingat jalan kembali dengan selamat.
Anak dibesarkan orangtua yang responsif secara konsisten cenderung perkembangan emosinya stabil. Punya keterampilan sosial dan kesehatan mental seimbang.
4. Mendampingi Anak Adalah Amanah
Apa misteri di balik amanah yang diberi kepada orangtua dalam membesarkan anak? Pasti menginginkan anak sehat, berprestasi, produktif, bertanggung jawab, mandiri, saling menghormati, menikmati hubungan positif dengan semua orang, peduli dan penuh kasih. Anak-anak bahagia, bermanfaat bagi semesta dan kehidupan.
Pertanyaannya: Berapa banyak upaya dan waktu kita gunakan mencapai tujuan tersebut? Dalam realita, alih-alih membantu berkembang, malah menghabiskan sebagian besar waktu sekadar mencoba bertahan hidup!
Baca juga: Mengenal Depresi Pasca Bersalin dan Jurus Mengatasinya
Bagaimana keluar dari jebakan ini? Ketika merasa marah atau frustrasi baiknya mundur dan refleksi. Pikirkan akibat bagi anak dan masa depan mereka jika kemarahan dan frustrasi kita lalu bertindak kasar. Sebaliknya, temukan cara mengubah setiap pengalaman negatif menjadi kesempatan belajar bagi kita dan anak-anak.
Perlu mengalihkan kemarahan sebagai energi negatif menjadi pembangkit semangat agar anak-anak selalu positif. Fokus pada pembelajaran, bukan pengendalian. Ini bukan hanya membantu menjaga perspektif sehat tetapi untuk tetap pada jalur benar mengasuh anak, yaitu membangun hubungan timbal balik harmonis.
5. Bangun Sikap Tegas dan Ikhlas
Ketika lahir bayi memilik miliaran sel otak dengan koneksi relatif sedikit, menciptakan pikiran, mendorong tindakan, membentuk kepribadian serta menentukan apa dan siapa kita kelak. Anak dibentuk dan diperkuat serta “diukir” melalui pengalaman sepanjang hidup.
Penting membangun interaksi positif sejak awal pertumbuhan. Mereka akan mengalami sendiri pengalaman positif dan menebarkannya kembali. Jika memberi anak pengalaman negatif, mereka tidak akan berkembang seperti diharapkan.
Mari selalu bersama, bernyanyi, berolah raga, ke taman dipenuhi canda tawa, memecahkan masalah secara positif. Pengalaman seperti ini tidak hanya menciptakan koneksi saraf yang baik di otak anak, tetapi juga membentuk memori yang dibawa seumur hidup.
Dalam hal disiplin sering menjadi sulit untuk tetap positif. Terlebih ada masalah perilaku. Hindari pendisiplinan keras apa lagi kasar. Sangat perlu mengajari anak tentang moral benar dan salah. Menetapkan batasan dan konsisten merupakan aturan emas pendisiplinan yang baik. Fokus pada alasan di balik perilaku buruk. Jadikan itu kesempatan belajar demi masa depan, bukan semata mengandalkan hukuman.
6. Dialog Pakai Hati
Berbicara dengan anak, intinya adalah mendengarkan. Alur dialog wajib terbuka agar hubungan timbal balik tak sumbat. Tandanya, jika ada masalah, anak datang ke kita, tidak mencari pelarian tanpa arah. Bantu anak menyelaraskan berbagai bagian otaknya sebagai proses penting perkembangan anak.
Penyatupaduan itu seperti tubuh, di mana organ berbeda bersinergi menjaga keseimbangan. Ketika bagian otak berbeda diselaraskan, semua unsur harmonis. Lebih sedikit emosi tak terkendali, sebaliknya semakin banyak perilaku cenderung empati. Kesehatan mental jadi lebih baik.
Baca juga: Teknik Bermain Sambil Belajar: Manfaatnya bagi Balita?
Awali dialog melalui pengalaman yang mengganggu. Minta anak menggambarkan apa yang terjadi dan dirasakan. Tidak harus memberi solusi, apalagi harus punya semua jawaban untuk jadi orangtua keren.
Dengarkan saja mereka bicara, ajukan pertanyaan klarifikasi dengan ungkapan sederhana membantu memahami pengalaman, lalu mengintegrasikan dalam ingatan mereka.
7. Berefleksi dengan Masa Kecil Kita
Kita ingin menjadi orangtua yang beda dengan orangtua kita. Bahkan bila berpendidikan baik, masa kecil Bahagia, mungkin ingin mengubah beberapa aspek cara kita dibesarkan. Tetapi sering, ketika membuka mulut, kita bicara seperti dahulu dilakukan orangtua ke kita.
Melakukan refleksi ke masa kecil merupakan langkah menuju pemahaman mengapa kita menjadi orangtua seperti yang kita lakukan. Catat hal yang ingin diubah, bagaimana kita melakukannya secara berbeda dalam kenyataan.
Waspada, jika pengalaman semasa kecil berulang ke diri kita dalam mendampingi anak, ingat mengubah sikap saat masalah itu muncul kembali. Jangan menyerah jika belum berhasil di titik awal. Butuh banyak latihan agar secara sadar mampu mengubah metode pengasuhan anak zaman now.