“Terlalu muda untuk tahu banyak hal dan terlalu tua saat menyadariya”
Pencapaian prestasi Rafly tentu tidak mudah. Mempersiapkan ujian ketika sehat saja tidak ringan. Apalagi Rafly sambil menahan sakit dengan jadwal minum obat ketat, tetap harus belajar. Meski sakit di usia belia, tetap berusaha berkegiatan sambil menunggu proses pengobatan. Terutama saat sendiri di ruang rawat, bingung harus ngapain, jadi membaca dan belajar. Hasilnya gemilang!
Tiba Ujian Nasional SD, nilai IPA dapat 100. Bersyukur bisa mengikuti dengan baik. Padahal menjelang UN masih dirawat, beruntung bisa pas keluar RS sebelum ujian berlangsung. Rafly kerap dapat perhatian khusus guru maupun teman. Dianggap tidak sekuat anak lain dan dilarang capek. Tapi Rafly tetap aktif selayaknya bocah lain.
“Hei, aku juga teman kalian, seumuran, sekelas! Aku selalu bilang begitu supaya nggak dibedain. Malah Guru sering panik kalau aku sedang lari-larian. Tapi aku berusaha santai,” ujar Rafly.
Dengan segala keterbatasan, Rafly tetap punya sederet harapan, tujuan dan cita-cita. Terutama bisa lebih mandiri setelah menyelesaikan kuliah. Terinspirasi dari orangtuanya yang sekaligus juga menjadi role model. Dalam pandangan Rafly, mereka adalah dua orang sukses dari dua jalan berbeda yang dipadukan.
“Papa pintar dalam pemikiran, mama lebih sosial. Cara berpikir keduanya terkoneksi baik. Memotivasi aku hingga semakin yakin bisa menjadi lebih baik, sebab akan mewarisi kedua hal berbeda ini dari mereka,” seru Rafly yakin.
Dulupun Rafly tak pernah membayangkan bagaimana ke depannya. Ternyata mendapatkan lebih indah dari yang dikira. Banyak jalan terbuka dan dia terus mencari. Keterbatasan bukan hambatan, tapi justru batu loncatan melanjut ke depan.
Inspiratif sekaligus mengharukan ya. Terima kasih Rafly.
Percayalah setiap hari memberi kisah sendiri dan punya hadiah istimewa di penghujungnya, bila kita berkenan menyimak ceritanya (IS)