3. Berkenalan dengan calon ‘keluarga baru’
Kami juga berkenalan walau hanya via email dengan calon keluarga baru yang akan menjadi tempat tumpangan Cindy selama menempuh pendidikan. Keluarga kecil Martin dan Angelika.
Martin berada di rumah hanya pada akhir pekan sebab bekerja di Bonn. Sedangkan Angelika bekerja di perpustakaan kampus. Lalu ada Felix, anak semata wayang yang masih SMA.
Baca juga: Mengakui Kesalahan: Memupuk Kejujuran Si Kecil Sejak Dini
Lokasi kediaman dalam satu komplek perumahan agak sedikit di luar kota Hannover. Tidak besar, namun nyaman. Ada satu kamar kosong di lantai bawah dengan akses langsung ke taman belakang. Butuh waktu sekitar 45 menit menuju kampus, menggunakan bis, kemudian melanjut dengan kereta.
Dengan melakukan 3 langkah simpel ini sebagai ayah aku merasa tenang melepas putriku menuntut ilmu meski jauh dan terpisah ribuan mil. Kami mengantar Cindy, terbang 14 jam dengan transit di Kuala Lumpur, hingga tiba di Frankfurt. Seanjutnya menggunakan kereta lanjut ke Hannover.
Karena sudah berkenalan via email, begitu keluar kereta, langsung mengenali sosok Angelika yang sudah menanti. Dengan sambutan hangat Angelika memeluk Cindy seperti sudah lama kenal.
Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, kami melihat betapa Angelika bisa langsung akrab dengan Cindy. Berbincang seru walau kemampuan berbahasa Cindy saat itu masih kurang lancar. Angelika sangat memahami kekurangan Cindy sebab ini pertama kali dia bisa ngobrol langsung dengan orang Jerman.
Tiba di rumah, giliran Martin dan Felix menyambut dengan mempersiapkan barbeque dengan bahan-bahan menggugah selera serta melimpah. Martin sendiri yang menyiapkan.
Baca juga: ‘Bangun Pagi Ku Terus Mandi’: Kemandirian Si Kecil Dipupuk dari Menolong Ibu
Selama menumpang tiga hari, sebelum meninggalkan Cindy sebagai ‘keluarga baru’ mereka, mereka selalu mengajak keliling kota tua juga museum. Juga beribadah pada hari Minggu di kota kecil Ahlem yang tidak jauh dari rumah itu.
Tiga tips sederhana tadi sungguh manjur mengubah rasa galau melepas anak perempuan menjadi kelegaan dan percaya menghantarnya menggapai cita-cita. Semula berat, tapi berujung sukacita dengan dukungan doa tak putus tentu saja.
Foto-foto dari koleksi keluarga Fidensius Gunawan