Di masyarakat sendiri ada banyak tantangan mengenai kondisi kesehatan mental, mulai dari miskonsepsi dan stigma negatif tentang terminologi luas dari istilah “orang gila”, tahayul, bahkan sikap beberapa orang yang menyalahgunakan gangguan mental sebagai penyebab perasaan negatif yang sebenarnya wajar dialami semua orang, bahkan merasa hal tersebut sebagai sesuatu yang estetik selain juga menolak untuk mencari bantuan. Hal-hal di atas menghambat terbangunnya pola komunikasi yang sehat ketika membicarakan kesehatan mental baik dalam konteks sosial maupun medis.
Sebenarnya, Moms and Pops, untuk dapat didiagnosa tidak sehat secara kejiwaan dibutuhkan seorang pekerja kesehatan profesional yang memahami standar baku pedoman medis penyakit tersebut. Jadi, walaupun kita harus selalu waspada can cermat, kita harus tetap mengkonsultasikannya dengan tenaga ahli profesional agar akurat.
Baca juga: 4 Jurus Siapkan Sarapan Ringkas Bersama Si Kecil
Di Amerika, pedoman baku bagi para pekerja kesehatan mental yang mengklasifikasi berbagai kelainan perilaku baik anak-anak maupun orang dewasa diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA) dan dikenal sebagai Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Saat ini sudah mencapai edisi yang ke 5 sejak pertama kali diperkenalkan pertengahan abad 20 lalu dan senantiasa direvisi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan bidang terkait.
Untuk belahan dunia lain, pedoman yang digunakan adalah yang dikeluarkan oleh badan kesehatan dunia, WHO dan dikenal sebagai ICD atau International Classification of Diseases. Sebagaimana DSM, ICD direvisi secara berkala, saat ini sudah memasuki edisi yang ke 11 dan secara resmi diberlakukan per 1 Januari 2022 lalu walau belum secara menyeluruh di dunia. Amerika, contohnya, baru mengadopsi ICD edisi 10 (ICD-X) di tahun 2015, dan masih banyak negara yang menggunakan ICD 9, bahkan ICD 8.