“Stunting pada umumnya bersifat permanen setelah melewati masa 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) bila tidak mendapatkan intervensi memadai sebelumnya.”
“Hal ini menyebabkan siklus antargenerasi berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak baik karena perempuan pendek pada saat usia dini dan tetap pendek hingga usia dewasa kemudian memberikan resiko stunting terhadap bayi yang dikandung”, jelas Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Nopian Andusti, S.E, M.T saat membuka Acara “Webinar Promosi dan KIE Pengasuhan 1.000 HPK untuk Percepatan Penurunan Stunting” yang diselenggarakan secara virtual di Jakarta di pertengahan minggu ini.
Selain itu, “Intervensi gizi spesifik terhadap ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-24 bulan berkontribusi pada 30 persen penurunan stunting. Pelayanan kesehatan menjadi kegiatan prioritas untuk mendukung prioritas “Meningkatkan SDM Berkualitas dan Berdaya Saing” dan BKKBN mendukung hal tersebut dengan melakukan pemberdayaan keluarga (intervensi sensitif) melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB)”, terangnya.
Baca juga: Kolom GWTT: Mungkinkah Mengalami Depresi Tanpa Menyadarinya?
“Promosi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai Pengasuhan 1000 HPK (sejak saat kehamilan hingga anak berusia dua tahun) menjadi kegiatan untuk mendukung intervensi tersebut dengan target kegiatan adalah PUS (Pasangan Usia Subur) yang sedang hamil dan keluarga baduta (Anak berumur dibawah dua tahun) yang terpapar 1000 HPK”, tambah Nopian.
Pada kesempatan yang sama Ketua TP-PKK DKI Jakarta Hj. Fery Farhati, S.Psi, Msc juga menjelaskan, “DKI Jakarta terus mempromosikan “Gerakan bagimu” dengan makna bahagiakan anak dari gizi yang cukup dan stimulasi anak. Selain gizi perkembangan yang baik membutuhkan kehangatan, kasih sayang, belaian, pelukan, dan kesempatan agar dapat berkembang secara maksimal.
“Kami di DKI Jakarta berupaya meningkatkan kesadaran keluarga tentang stunting melalui gerakan bersama bagimu menuju Jakarta bebas stunting. Aktifitas yang dilakukan dalam gerakan ini adalah pendorong ketahanan pangan dengan adanya kelas berkebun yang sudah berjalan 2 tahun, memberikan edukasi mengola makanan sehat untuk anak anak yang diolah dari hasil kebun, dengan ini kita membuka akses makanan bergizi untuk anak-anak”, ucapnya.
Baca juga: Tentang Tiger Parenting, Apa Saja yang Perlu Diperhatikan?
“Melakukan edukasi P2K untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Memberikan sosialisasi pencegahan stunting pada calon pengantin, penyuluhan penyusunan menu pangan, juga menyentuh anak anak remaja dengan gerakan “Remaja Sadar Stunting Itu Keren”.
“Memaksimalkan peran posyandu sebagai pencegahan stunting, posyandu memiliki peran besar dalam mempromosikan dan menyebarkan KIE tentang pentingnya 1.000 HPK serta pos terdepan dalam memantau kesehatan ibu dan anak“, terang Fery menutup.
Foto utama oleh Migs Reyes dari Pexels