Selamat Hari Anak Internasional, Ayo Bersama Kita Bisa Kejar Ketertinggalan Itu!

Mengejar Kemungkinan Ketertinggalan Belajar Anak dari Dampak Pandemi, Mengikhtiarkan Membawa Kembali Sinar Terang Untuk Anak Indonesia, Selangkah Demi Selangkah, Ini 5 Jurus Mitigasinya

KOLOM DIGITAL EDUCATION OLEH M. GORKY SEMBIRING

The time to repair the roof is when the sun is shining [J.F. Kennedy]

Membayangkan akibat fatal yang dapat dihasilkan dan terjadi selama dan karena pandemi, menjadi relevan menyimak kembali kutipan Kennedy di atas. “Perbaiki atap rumahmu bukan pada saat musim hujan!

Wow..!

Bukan apa yang terjadi membuat kepanikan baru, tetapi respons dan reaksi kitalah dapat membuat kegalauan berlebihan. Jadi, bukan yang semata terlihat menjadi penting, tetapi pesan dibalik itulah harus jadi fokus.

Jika melihat dan menerima pandemi Covid-19 sebagai ancaman, maka akan jadi ancaman. Sebaliknya, bila mampu melihat makna di baliknya, ada asa mampu beradaptasi.

Adalah patut membaca bukan sekadar yang tertulis, tapi juga yang tersirat. Tidak semata mendengar yang terucap, begitupun yang tidak tersampaikan. Jika tak tahu ke mana harus melangkah, maka jalan apa pun ditempuh bakal membawa ke mana saja. Maka dari itu harus selalu jeli membaca dan merespons setiap fenomena. Utamanya dalam belajar.

Lebih dua tahun sudah pandemi dengan imbas luar biasa tanpa kecuali termasuk pendidikan, persisnya soal pembelajaran. Semula pembelajaran normal secara tatap muka, mendadak tatap maya. Dari luring menjadi daring.

Baca juga: Merasa Kehilangan Mojo Setelah Melahirkan? Raih Kembali Percaya Diri Sebagai New Mom Dengan 4 Jurus Berikut!

Beragam upaya dilakukan agar pelaksanaan pendidikan tidak memberi dampak buruk dan fatal. Tetap berusaha dilaksanakan sehingga tak sampai membuat pembelajaran siswa tertinggal. Membangun sistem pendidikan lebih tangguh sesuai perkembangan zaman. Bahkan investasi membangun lingkungan pendukung peluang pembelajaran digital serta meningkatkan porsi anggaran pendidikan.

Termasuk memperkuat peran orangtua, keluarga, dan masyarakat serta memastikan guru mampu mengembangkan profesionalisme diri dengan kualitas tinggi. Semua bertujuan mengembalikan para siswa ke sekolah, sebagai upaya pemulihan kemungkinan kehilangan atau ketertinggalan hasil pembelajaran.

Termasuk melakukan pemantuan demi meminimalkan potensi kehilangan atau ketertinggalan pembelajaran siswa. Pemantauan meliputi: (1) Pelaporan gejala dan penelusuran kasus penularan, (2) Pengaruh kebijakan dan pelaksanaan pendidikan dan hasil pembelajaran, (3) Dampak kebijakan dan pelaksanaan terhadap kesehatan, (4) Kecenderungan putus sekolah setelah pencabutan pembatasan pertemuan tatap muka, dan (5) Penilaian dampak pembelajaran daring terhadap hasil belajar.

Refleksi: Apakah semua upaya tersebut bakal memastikan para siswa tidak mengalami kehilangan atau ketertinggalan belajar?

Sekalipun pandemi, tetap banyak pelajaran dapat dipetik berkaitan dengan pendidikan, terutama menyangkut kinerja akademik siswa.

Baca juga: KB Sebagai Salah Satu Upaya Pencegahan Stunting

Agar segala upaya mencapai sasaran, orangtua dan anak juga wajib saling dukung berupa penciptaan prakondisi di rumah agar semua potensi kemungkinan kehilangan atau ketertinggalan pembelajaran dapat diantisipasi dan diminimalisasi.

Apakah pembelajaran akan tetap daring, maupun kembali luring atau bauran, sesungguhnya siswa dan orangtua tetap harus saling mengisi. Jadi, saat pembelajaran berlangsung, beban guru tidak berlebihan. Berikut beberapa hal patut difokuskan dalam memitigasi potensi ketertinggalan pembelajaran siswa.

1. Waktu Belajar.

Pastikan setiap anak memiliki 3 x 120 menit khusus untuk “sekolah” (meski dalam moda belajar mandiri). Pola 3 x 120 menit tersebut berlaku mulai Senin – Jumat. Waktu 120 menit pertama secara akumulatif untuk membaca, 120 menit kedua refleksi dengan menuliskan sari pati hasil bacaan di jurnal harian.

Jadi kesan mereka “sekolah” tetap ada. Hal baik untuk dibiasakan.

Agar kelak tidak tergantung apakah pembelajaran tatap muka, tatap maya atau bauran. Waktu 120 menit ketiga boleh memilih mengerjakan hal-hal terkait sesuai minat dan kegemaran, tetapi masih dalam rangkaian proses pembelajaran.

Pendekatan 3 x 120 menit akumulatif dapat melestarikan dan memperkuat keterampilan membaca dan menulis. Di luar waktu 3 x 120 menit “wajib” tersebut dapat digunakan mengerjakan aktivitas bersifat pribadi. Bisa terkait hobi di bidang seni, olah raga, berkebun atau rekreasi, sepanjang aktivitas tersebut aman, bermanfaat dan terjangkau

Agar terpantau baik, buat penjadwalan seolah belajar normal. Cara ini membantu menjaga waktu dan rutinitas harian agar tidak ada yang terlewat, meski godaan menyimpang dari jadwal untuk melakukan kegiatan lainnya jelas banyak.

Foto oleh Annushka Ahuja dari Pexels

Meski aktivitas anak terjadwal bagai sekolah sungguhan, mendampingi mereka membaca dan menulis di jurnal harian sangat membantu dalam mengatasi kemungkinan kehilangan atau tertinggal pembelajaran.

2. Pola dan Model Belajar.

Anak-anak di semua tingkatan kelas bisa meningkatkan keterampilan baca tulis secara simultan bila kegiatan ini menjadi keharusan. Mampu mengeja tiap kata secara tepat sangat membantu merangkai kata sesuai kaidah tata bahasa dan penulisan.

Sediakan kamus, buku atau pedoman membaca. Siapkan pula panduan menulis sederhana. Latih dan dampingi anak membaca, mengeja kemudian menuliskan. Simpel dan keren kan!

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories