Lois E. LeBar, Professor kelahiran Olean, New York yang terkenal dengan tulisannya di bidang filosofi dan desain kurikulum, menulis begini: “Apa yang ingin dipelajari murid, sama pentingnya dengan apa yang ingin diajarkan guru”
*
Tulisan Lois E. LeBar yang paling banyak jadi perbincangan dan diingat orang adalah sebuah buku filosofi pelayanan pendidikan yang menekankan tema dalam pengajaran, pembelajararan serta pengembangan kurikulum.
Kurikulum memang sebagai bahan dasar dan perangkat penting dalam menyampaikan materi ajar. Kemudian diikuti cara mengajar dan bagaimana menyampaikan materi tersebut dalam kegiatan belajar mengajar.
Harus dipikirkan dan dipersiapkan matang, terlebih ketika harus berhadapan sekaligus mendampingi siswa berkebutuhan khusus. Seperti itu pulalah Nono Daneswara yang selalu tampil tenang, sabar serta sangat bersahaja dalam pengabdiannya sebagai guru di sekolah inklusi.
Sekolah inklusi merupakan sekolah yang juga memberikan pendidikan khusus untuk ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Di sekolah semacam ini ABK maupun tidak akan belajar di kelas yang sama dan mendapat pendidikan serupa.
“Tempat saya mengajar adalah sekolah inklusi yang menerima Siswa ABK. Saya ditunjuk sebagai Guru Pendamping Khusus (GPK) untuk praktik mengajar karawitan,” ungkap pak Guru Nono penuh sukacita mengawali perbincangan.
Meski tidak pernah mendapat pelatihan formal tentang bagaimana menjadi seorang Guru Pendamping Khusus, dia mengaku belajar secara otodidak. Mengacu pada pengalaman sebelumnya dalam mengajar gamelan untuk siswa ABK tunatetra.