Oleh Dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA.
Sebagai dokter anak, sering kali terlihat anak-anak di bangsal yang merengek minta sesuatu kepada ibu atau bapaknya. Bila permintaannya tidak dikabulkan, maka tidak jarang anak-anak itu akan menjerit dan mulai memukul-mukul ibu atau bapaknya. Situasi ini membuat si bapak atau ibu malu dan akhirnya mengabulkan permintaan anaknya tersebut.
Apakah tindakan orang tua yang seperti itu dapat dibenarkan? Bukankah si anak malah jadinya memanipulasi bapak dan ibunya atau dengan kata lain memanfaatkan situasi untuk mendapatkan apa yang ia inginkan?
Saya selalu bilang kepada orang tua, “Anak-anak itu tidak bodoh. Mereka mampu untuk membaca dan memanfaatkan situasi guna mendapatkan apa yang diinginkannya”. Seandainya saya memposisikan diri sebagai seorang anak, maka yang ada dipikiran saya lebih kurang adalah, “Mumpung saya sakit, bapak dan ibu pasti kasihan sama saya. Kalau saya minta sesuatu, pasti mereka akan memberikannya”.
Baca juga: Sains di Balik Beragam Ulah Si Kecil yang Menggemaskan
Biasanya anak-anak akan coba-coba terlebih dahulu. Bila upaya pertama gagal, mereka ternyata sudah mempersiapkan rencana berikutnya, yaitu berteriak atau menangis lebih keras. Bila pada tahap ini dia berhasil, maka ini akan dijadikan preseden untuk mendapatkan apa yang diinginkan berikutnya.
Orang tua tidak boleh membiarkan hal ini berlanjut karena akan berdampak buruk pada anak-anak saat nanti mereka menginjak usia dewasa.
Agar kita semua mendapat gambaran yang utuh mengenai masalah ini, saya akan bercerita tentang seorang anak perempuan yang masih duduk dibangku sekolah taman kanak-kanak. Oleh dokter, anak ini dinyatakan terkena penyakit jantung rematik. Orang tua, khususnya ibu, sangat khawatir akan kondisi anaknya. Ia berpikir bahwa hidup anaknya tidak lama lagi. Akibatnya, apa yang diminta sang anak pasti dipenuhi. Tidak pernah ia menolak permintaan anaknya.
