Setelah menjalani proses pengobatan yang cukup lama, ternyata Tuhan berkata lain. Anak perempuan semata wayangnya ini dapat disembuhkan. Keluarga tentunya bahagia mendengar kabar ini.
Setelah pulang ke rumah, orang tua baru menyadari bahwa memang penyakit anaknya sudah sembuh, namun sifatnya yang ingin selalu mendapatkan apa yang diinginkannya tidak berubah sedikitpun. Orang tua tidak mampu mengatasinya dan membiarkan kebiasaan ini terus berlangsung hingga usia dewasa.
Ketika sang anak sudah mulai bekerja, tidak jarang jika di rumah ia selalu bercerita tentang bagaimana hari ini dia harus bertengkar karena apa yg diinginkannya tidak dapat dipenuhi oleh atasan atau rekan sekerjanya. Sederhananya, ia tidak siap untuk mendengar kata tidak. Kalau sudah begini, ujung-ujungnya dia mengundurkan diri dari kantor dan melamar ke kantor yang lain. Dia berpikir bahwa kantor barunya pasti akan lebih baik dari kantor sebelumnya. Ternyata sama saja.
Baca juga: Tips Memperkenalkan Sains Pada Anak
Tidak siap mendengar kata tidak, sebagai warisan yang menetap akibat orang tua yang selalu memberikan apa yang anaknya inginkan saat mengalami sakit berat, sukar atau tidak dapat dihentikan. Sifat yang sudah mengakar sejak kecil tentunya sangat sulit untuk diubah saat anak ini menginjak usia dewasa.Â
Pekerjaan yang tepat untuk orang seperti ini tentunya adalah dengan membuka lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri. Dia sendiri yang harus memimpin perusahaannya agar tidak ada karyawan yang berani untuk berkata tidak terhadap apa yang diinginkannya. Seandainya ada karyawan yang berani untuk berkata tidak, kita tentu mengetahui apa yang akan terjadi pada karyawan tersebut.
Mungkin kesannya sepele, hanya berusaha memenuhi apa yang anaknya inginkan. Namun, dampaknya yang ternyata sangat besar terhadap karakter anak di kemudian hari.
Bagaimana caranya agar orang tua tidak kebablasan? Jawabannya ada pada cerita berikut ini: