Kali ini adalah tentang seorang anak lelaki yang duduk di bangku sekolah lanjutan tingkat pertama. Ia meminta kepada orang tuanya untuk les piano. Orang tua mengabulkan tanpa banyak bertanya lagi. Selang beberapa bulan setelah mengikuti les piano yang diinginkannya, tiba-tiba ia sampaikan kepada orang tuanya kalau dia tidak mau les piano lagi. Anak ini mau pindah les main drum.
Orang tuanya bingung, kenapa tiba-tiba dia mau berhenti main piano. Padahal itu adalah pilihannya sendiri tanpa ada paksaan dari orang tua. Usut punya usut, anak ini ternyata baru dihukum oleh guru les pianonya karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah.
Mengetahui akan hal ini, orang tua akhirnya bicara pada sang anak, “Dimana-mana kalau belajar pasti ada pekerjaan rumah dan yang namanya pekerjaan rumah ya harus dikerjakan. Kalau tidak dikerjakan, guru pasti akan marah. Apakah menurut kamu, kalau kamu pindah les main drum, di situ tidak ada pekerjaan rumah? Tetap akan ada pekerjaan rumah nak. Bapak tidak akan menghalangi kamu untuk pindah les main drum. Tapi sebelum kamu pindah, selesaikan dulu les pianonya. Kamu harus bertanggung jawab karena kamu sendiri yang minta dileskan piano. Kalau kamu sudah menyelesaikannya, terserah kamu. Kamu mau lanjut les piano atau pindah les main drum, silahkan kamu yang tentukan”.
Baca juga: Balita dan Layar Kaca – Mengapa dan Bagaimana Efeknya?
Sambil bersungut-sungut, akhirnya ia sanggupi permintaan ayahnya. Ia lulus les pianonya dan tetap mau pindah les main drum.Â
Kira-kira apa yang terjadi jika sang ayah langsung mengabulkan permintaan anaknya yang ingin pindah dari les piano ke les main drum? Saya membayangkan saat anak ini dewasa, ia akan menjadi anak yang suka lari dari permasalahan. Dia tentu berpikir, “Kalau pindah les main drum, maka masalah tidak akan ada lagi”. Pemikiran yang salah tentunya, karena masalah itu bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Kita berharap anak ini menyadarinya.
Solusi yg ditawarkan oleh sang ayah juga sangat baik sekali. Ia ingin anaknya mempertanggungjawabkan apa yang sudah diberikan orang tua kepadanya. Ia tidak mengatakan boleh atau tidak boleh pindah, keputusan ada ditangan si anak setelah ia menyelesaikan tanggung jawabnya. Sikap ini justru mau mengajarkan si anak untuk berani menghadapi masalah yang ia hadapi. Jangan lari dari masalah, tapi hadapi masalah itu sampai selesai. Setelah selesai, baru ambil keputusan yang dirasa itu baik untuk dirinya sendiri.
Melalui dua cerita ini diharapkan kita dapat belajar bahwa apa yang orang tua tanamkan pada anaknya sejak kecil dapat berdampak baik atau buruk pada saat sang anak beranjak dewasa. Sebagai orang tua, memang selalu ada keinginan untuk memberikan apa yang anak-anaknya minta. Tidak salah untuk memiliki keinginan tersebut, namun jangan lupa untuk mengajarkan juga tentang tanggung jawab jika apa yang mereka minta dikabulkan. Sekali lagi, percayalah, karakter yang ditunjukkan seseorang di usianya yang dewasa merupakan hasil dari apa yang ditanamkan orang tua di hati sanubari anaknya dari kecil.
Foto utama oleh Monstera dari Pexels