Dari 7 aktivitas di atas, rasa terhubung sesama anggota keluarga akan tertanam. Penanaman rasa saling terhubung tidak terbangun melalui satu atau dua kegiatan saja apalagi waktu singkat.
Harus berulang dengan beragam bentuk kegiatan. Dan juga tidak hanya 7 sebagaimana tertulis di sini, sebab masih banyak kegiatan lain dapat dilakukan demi menanamkan rasa saling terhubung dalam keluarga.
Terpenting, apapun pilihan kegiatan, lakukan teratur dan berkesinambungan dengan melibatkan semua anggota keluarga. Kata kuncinya: Kebersamaan!
Berikutnya yang kedua, upaya ritual baik apa dan bagaimana agar penanaman rasa tanggung jawab di tiap diri anak-anak mewujud?
Baca juga: Lebih Dekat Mengenal Pola Tumbuh-Kembang Batita
Penanaman rasa tanggung jawab tinggi dalam diri tiap anak sejatinya sudah ditanamkan sejak belia. Ada golden moment tersendiri, yaitu ketika anak mulai bisa berinteraksi secara verbal dan fisikal ke sesama anggota keluaraga. Hampir semua yang dialami secara nyata oleh anak di masa golden moment tersebut akan tinggal sebagai memori indah dalam jangka panjang.
Jadi, hati-hati dengan kegiatan yang tidak mendukung perkembangan anak secara positif. Hindari kebiasaan yang dapat melahirkan memori traumatis karena akan menggoncang kematangan jiwa dan emosi saat beranjak dewasa.
Tempat penyemaian rasa tanggung jawab tinggi bagi anak juga dapat diawali dari rumah seperti inspirasi beberapa kegiatan berikut:
a. Sama seperti saat menanamkan rasa terhubung dalam keluarga, membangun rasa tanggung jawab juga bisa dimulai saat makan malam rutin misalnya. Atur setiap orang bertugas mempersiapkan, menata hingga membereskan setelah selesai.
Semua berkontribusi sesuai kapasitas dan seimbang. Lewat kegiatan ini, secara alamiah sikap dan rasa tanggung jawab anak lahir dan mengalir sendirinya
b. Buat jadwal mingguan ragam kegiatan melibatkan tiap anggota keluarga. Misalnya menyapu halaman, membersihkan rumah, menyiram tanaman, menyalakan atau mematikan lampu sesuai waktu, mencuci pakaian atau alat masak.
Menata tempat tidur, menjemur handuk setelah mandi dan kegiatan lain yang mendukung penataan rumah ataupun ruangan masing-masing.
Catatan: sebaiknya orangtua lebih dulu melakukan kegiatan tersebut terlebih dahulu, sebelum meminta anak-anak melakukannya. Mereka sangat pintar dan mudah mencontoh kelakuan orangtua dan orang sekitar.
c. Pilih hari tertentu, entah sekali seminggu atau sebulan dua kali saat di mana semua anggota keluarga berada di rumah, melakukan satu kegiatan bersama. Bisa menata rumah, halaman atau olah raga dan bermain. Ujud akhirnya menggalang kegembiraan seraya memperlihatkan cara mengambil peran dan tanggung jawab dalam setiap aktivitas.
d. Dalam peristiwa khusus semacam perayaan, lakukan kegiatan yang memicu partisipasi dan kontribusi aktif meski hanya bersama keluarga inti. Ajak semua berkreasi memunculkan karya masing-masing hingga membuat “hari” itu berkesan untuk semua anggota keluarga karena berkontribusi.
Dari 4 contoh ini, rasa tanggung jawab akan lahir bukan karena dorongan ekstrinsik (dari luar). Tapi datang secara intrinsik (dari dalam diri sendiri). Pembiasaan melahirkan kegiatan yang digerakkan kondisi instrinsik jauh lebih efektif dengan menyemai rasa dan sikap tanggung jawab tinggi.
Baca juga: Fakta dan Mitos Tentang Stunting
Memang ada rasa tanggung jawab dapat datang dari luar diri dan bisa dilakukan, seperti proses pendisiplinan. Namun untuk pembiasaan agar bertahan dalam jangka panjang, umumnya lahir dari dorongan internal yang lebih besar dibandingkan dengan eksternal.
Pada bagian ketiga, bagaimana melakukan ritual baik dalam pengembangan sikap positif demi kebaikan dalam diri anak-anak?