Diam Tidak Selalu Berarti Emas
Moms and pops harus tetap waspada. Walaupun si kecil kita ini nampak tidak perduli dan hanya suka bermain, sebenarnya mereka punya kecemasan terhadap isu-isu global. Banyak studi yang membuktikan bahwa anak-anak memiliki kekhawatiran terhadap bullying, kekerasan terhadap anak, perceraian, bencana alam dan senjata. Di salah satu survey yang diadakan UNICEF terhadap 11.000 anak berumur 9-18 tahun di 14 negara, ditemukan bahwa anak-anak pun memiliki kekhawatiran terhadap perubahan iklim, tindak kekerasan, terorisme, kemiskinan dan keadaan para pengungsi sebagaimana tercatat oleh situs organisasi pendidikan dan advokasi internasional Global Citizen.
Kekhawatiran mereka bukan hanya untuk diri sendiri tapi untuk anak-anak atau orang-orang lain di dunia. Dari survey ini juga diketahui bahwa anak-anak berpikir bahwa suara mereka tidak akan didengar.
Baca juga: Balita dan Layar Kaca – Mengapa dan Bagaimana Efeknya?
Berbicara Dengan Si Kecil Tentang Isu Global
Tidak semua dari kita mampu secara ekonomi dan kekuasaan “melindungi” si kecil seperti ayah Siddhartha. Selain juga, menutupi keadaan yang sebenarnya bukanlah the best policy. Berbicara secara terbuka dan proporsional bisa jadi kunci untuk mencari jalan tengahnya. Berikut beberapa pendekatan yang bisa diambil:
- Bicara tanpa menakut-nakuti.
- Fokus pada usaha-usaha perbaikan dan tekankan bahwa bukan hanya pemimpin dunia dan tokoh terkenal saja yang dapat berpengaruh dan membawa perubahan, tetapi setiap individu bisa.
- Anak-anak menyerap informasi dari media dan orang-orang terdekat lain sehingga ada kemungkinan mereka mendapat informasi yang salah. Di sinilah peran kita sebagai lingkaran terdekat si kecil yang mampu menjadi tumpuan bimbingan awal bagi dirinya dalam mencerna dan menghadapi berbagai isu di sekitar kita.
- Kekhawatiran yang dirasakan si kecil bukan hanya berasal dari perasaan takut sesuatu akan terjadi pada dirinya, tetapi juga dari perasaan bahwa dirinya tidak mampu berpendapat atau mungkin tidak didengar oleh orang lain.
- Orangtua adalah figur yang aman untuk curhat dan figur yang dapat dipercaya.
- Tanyakan bagaimana perasaan dan pendapat mereka. Atau bila memungkinkan mengekspresikan pendapatnya dalam bentuk seni gambar, drama dan lain-lain.
- Sampaikan dengan jujur, beri konteks di mana keadaan itu terjadi dan luruskan faktanya dengan cara yang sesuai dengan umur si kecil.
- Buat garis yang jelas antara perbuatan yang menyakiti vs membantu, adil vs tidak adil. Tapi hindari menghakimi atau melabel “orang jahat”.
- Akhiri dengan pesan akhir positif yang meyakinkan bahwa masalah-masalah ini sedang dalam usaha-usaha penanganan.
- Buat daftar hal-hal yang bisa dilakukan secara pribadi untuk membantu masalah-masalah tersebut dan buat rencana step-by-step-nya.
Jadi, Moms and Pops, bila waktunya tiba, jangan ragu membahas isu global dengan si kecil. Sejak mengetahui keadaan di sekitarnya, Buddha belajar dan medalami kasih sayang terhadap sesama manusia dan alam, demikian pula anak kecil lainnya. Terlebih lagi, dengan membicarakan masalah-masalah tersebut dengan si kecil, kita membebaskan mereka dari kecemasan dan mengubah energi itu menjadi usaha-usaha nyata yang memberikan mereka kepercayaan diri untuk kemudian mengemukakan pendapatnya. Yakinlah bahwa anak-anak pun dapat membawa perubahan dan secara global kita bersama menciptakan generasi yang paham keadaan di sekitarnya dan mau berbuat untuk perubahan.
Sumber referensi:
- Little Buddha. Directed by Bernardo Bertolucci, CiBy 2000, Serprocor Anstalt, Recorded Picture Company (RPC), 1993.
- iMDB. “Little Buddha”. www.iMDB.com. 1993.
- Kamenetz, Anya. “What To Say To Kids When The News Is Scary”. www.npr.org. May 25, 2022.
- Burton, Mikayla. “Discussing World Issues With Children”. www.borgenmagazine.com. June 10, 2021.
- Selby, Daniele. “Children Are Deeply Concerned About Global Issues, But Don’t Think Their Voices Matter, SurveyFinds.” www.globalcitizen.org. November 22, 2017.