Guna memenuhi moto yang “No Pain”, saya meminta kepada rumah sakit untuk menyediakan salep anestesi topikal. Salep ini dioleskan di beberapa tempat di lengan anak setengah jam hingga 1 jam sebelum petugas laboratorium mengambil darah mereka. Sementara untuk dua prosedur lainnya, saya bekerjasama dengan sejawat anestesi. Anak-anak akan ditidurkan sebelum prosedur dimulai.
Dampaknya ternyata luar biasa. Anak-anak ini akhirnya bisa memiliki persepsi bahwa kalau di suntik di rumah sakit, mereka tidak merasa disakiti. Bahkan untuk anak-anak yang lebih kecil usianya, kami ciptakan semacam permainan yang disebut menyuntik dan disuntik. Metode bermain seperti ini diciptakan untuk memperkenalkan suntikan kepada anak-anak balita dan memberi kesan kepada mereka kalau disuntik itu hanya sakit sedikit.
Menggunakan suntikan yang sudah dilepas jarumnya, perawat membiarkan sang anak untuk menyuntik lengannya. Setelah itu, gantian sang perawat yang menyuntik lengan si anak. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak dapat belajar untuk tidak takut disuntik.
Pemenuhan “No Scared” dimulai dengan perawat yang menggunakan seragam yang tidak berwarna putih. Tujuannya adalah untuk menghindari “White Coat Trauma” pada anak-anak yang dirawat. Kami juga tidak akan memaksa anak-anak untuk melakukan apa yang mereka tidak inginkan.
Contohnya adalah ketika ada seorang anak yang baru pertama kali masuk ruang rawat dan tidak mau disentuh sedikitpun oleh perawat. Singkat cerita, diketahui bahwa anak ini ternyata hobinya main drum. Saya dan relawan akhirnya mencoba untuk mencari VCD pemain drum favoritnya dan menunjukkannya kepada si anak. Terlihat dari bahasa tubuhnya kalau ia ingin sekali menonton pemain drum favoritnya.
Melihat situasi ini, mulailah kami melakukan tawar menawar dengan si anak. Kami katakan kepada si anak bahwa ia kami bolehkan menonton asal ia mengizinkan perawat untuk memeriksanya. Sepertinya ia merasa tidak punya pilihan lain kecuali menyetujuinya dan sejak itu si anak tidak pernah keberatan lagi bila perawat ingin memeriksanya.
