Selain perawat, saya juga tidak mengenakan baju putih. Kadang saya juga membawa boneka tangan atau memakai hidung badut yang berwarna merah ketika mengunjungi anak-anak di ruangannya. Saya usahakan agar kunjungan ke ruangan mereka berlangsung heboh dan meriah, berharap mereka mau menganggap saya sebagai sahabatnya yang siap menolong setiap saat dibutuhkan.
Tidak heran jika kemudian anak-anak ada yang memanggil saya dengan sebutan Daddy, Padi, Dokdi, dan masih banyak lagi lainnya yang mereka karang hanya untuk saya. Sejujurnya, saya tidak keberatan dengan hal tersebut. Buat saya pribadi, itu merupakan pertanda bahwa antara saya dan anak-anak punya hubungan yang khusus.
Demikian lama anak-anak ini dirawat, mereka sampai punya perawat favorit masing-masing. Terbukti ketika aktivitas menggambar, ada anak yang menggambar seorang perawat. Ketika ditanya siapa yang ia gambar, ia sebutkan nama seorang perawat yang ternyata adalah perawat favoritnya.
Mengingat bahwa proses perawatan yang harus dijalani memakan waktu yang cukup lama, maka tidak mungkin saya membiarkan mereka untuk terus berbaring di tempat tidur. Dibantu relawan, kami membuat program kegiatan yang diselenggarakan di ruang bermain.
Agar tidak membosankan, kegiatan dibuat bervariasi dari hari ke hari, biasanya dimulai pukul 9 dan berakhir bersamaan dengan waktunya makan siang.
Ketika anak-anak bermain dengan para relawan, orangtua dipersilahkan juga untuk menggunakan waktu tersebut bagi dirinya sendiri. Ada yang memanfaatkannya untuk beristirahat, pergi ke salon, ke kantin, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk memberi kesempatan kepada orangtua memulihkan dan menyegarkan kembali semangatnya ketika harus menjaga anak mereka.