Beberapa hari ke belakang ini, kasus Monkeypox atau cacar monyet mulai merebak di berbagai penjuru dunia dan mulai ditetapkan sebagai darurat kesehatan global oleh World Health Organization (WHO) dengan > 16.000 kasus di > 75 negara non-endemis di seluruh dunia. Darurat kesehatan global merupakan deklarasi dari WHO mengenai kejadian luar biasa yang menyebabkan risiko untuk kesehatan masyarakat karena menyebarnya suatu penyakit secara internasional.
Situasi ini membutuhkan respon dan koordinasi segera secara internasional. adalah penyakit zoonosis (penyakit yang ditransmisikan dari hewan ke manusia) yang disebabkan oleh virus dan menimbulkan gejala yang serupa dengan cacar pada umumnya. Virus Monkeypox sendiriberasal dari genus Orthopoxvirus dan family Poxviridae; dinamakan sebagai Monkeypox atau cacar monyet dikarenakan virusnya pertama kali ditemukan pada monyet di tahun 1958.
Namun, pada 1970, kasusnya ditemukan pertama kali pada manusia di Republik Demokratik Kongo. Berikut adalah hal-hal yang perlu kita ketahui bersama mengenai Monkeypox.
Apa saja gejala yang ditimbulkan?
Tanda dan gejala yang ditemukan meliputii:
- Demam
- Nyeri kepala, nyeri otot, nyeri punggung
- Pembesaran kelenjar getah bening
- Ruam pada kulit wajah, telapak tangan dan kaki, mulut, kelamin, konjungtiva mata dengan bentuk lenting kemerahan berair dan bernanah. Biasanya muncul setelah 1-3 hari setelah demam.
Dugaan terjangkit infeksi Monkeypox menjadi semakin kuat apabila Anda memiliki gejala dan riwayat berpergian ke negara endemis Monkeypox, di antaranya adalah Benin, Cameroon, the Central African Republic, the Democratic Republic of the Congo, Ghana, Cote d’Ivoire, Liberia, Nigeria, the Republic of Congo, dan Sierra Leone.
Bagaimana cara penularannya?
Monkeypox dapat menular melalui:
- Kontak erat dengan orang yang memiliki ruam dan lenting monkeypox, seperti kontak antarwajah, kontak antarkulit, kontak antarmulut, kontak mulut dengan kulit, ataupun hubungan seksual.
- Menyentuh permukaan beda yang terkontaminasi dengan virus Monkeypox seperti handuk, kasur, barang elektronik, dan lainnya.
- Droplet respiratorik.
- Ibu hamil ke janin: kontak kulit setelah melahirkan maupun bentuk kontak erat lainnya antara orang tua dan anak.
Perlu dipahami bahwa penularan melalui cairan tubuh seperti cairan sperma, cairan vagina, cairan amnion, darah, ataupun ASI belum diketahui dengan pasti.
Pencegahan apa saja yang dapat dilakukan?
Bentuk pencegahan terhadap infeksi Monkeypox yang dapat kita lakukan meliputi:
- Hindari kontak dengan orang yang bergejala
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol
- Gunakan masker dan terapkan etika batuk
- Melakukan hubungan seksual yang aman
Vaksinasi Monkeypox merupakan salah satu cara pencegahan infeksi Monkeypox yang dapat kita lakukan. Ketersediaan vaksin Monkeypox sudah ada dan saat ini diberikan hanya untuk orang-orang yang berisiko terkena Monkeypox, antara lain:
- Terbukti kontak erat dengan pasien penderita Monkeypox
- Diduga kontak erat dengan pasien penderita Monkeypox dengan memenuhi kriteria: 1) Pasangan hubungan seksual terkena Monkeypox dalam 14 hari terakhir, 2) Memiliki banyak pasangan hubungan seksual dalam 14 hari terakhir di area penularan Monkeypox
Apakah monkeypox mematikan?
Hingga saat ini, terdapat kurang-lebih 1% risiko kematian akibat Monkeypox yang menyebar di seluruh dunia. Namun, terdapat kelompok orang yang rentan jika terinfeksi oleh Monkeypox dan akan berisiko sakit berat hingga meninggal dunia, antara lain:
- Anak berusia < 8 tahun
- Orang dengan sistem imunitas yang lemah
- Hamil atau menyusui
- Memiliki riwayat eksim
Meskipun kebanyakan pasien penderita Monkeypox akan sembuh dan gejala menghilang dengan sendirinya, terdapat pula sebagian orang yang dapat mengalami sakit berat hingga meninggal dunia. Maka, jika Moms and Pops atau si kecil mengalami gejala sebagai berikut, segera periksakan ke dokter atau tenaga kesehatan lainnya di sekitar. Di sisi lain, lakukan pencegahan penularan dan terjangkit infeksi Monkeypox dengan maksimal agar kesehatan diri dan keluarga di sekitar kita dapat tetap terjaga dengan aman.
Oleh dr. Laksmita Dwana, S.S, Praktisi Kesehatan
Sumber: