Moms, mau tau tentang alat musik Kelintang Perunggu alat musik khas orang Melayu Timur, ini cerita sejarahnya!
Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menggelar ajang Belajar Bersama Maestro (BBM) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, menghadirkan maestro dan sesepuh seniman Kelintang Perunggu, Aisyah untuk mengajarkan 20 pegiat seni budaya muda selama seminggu dalam upaya melestarikan kekayaan seni budaya Jambi.
Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbudristek, Judi Wahjudin menyampaikan, “BBM adalah program pembelajaran di mana sejumlah pegiat seni budaya muda akan belajar dan bertukar pengetahuan tokoh seni budaya (Maestro) yang memiliki pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang mendalam.”
“Program ini diharapkan menjadi simpul utama dalam penyebaran, pertukaran nilai dan pengetahuan serta ajang pembelajaran bagi sumber daya manusia kebudayaan, sehingga kelak mereka akan menjadi pelopor dalam upaya pemajuan kebudayaan” tambah Judi.
Lebih jauh, Judi menjelaskan bahwa penyelenggaraan BBM kali ini dilaksanakan di Tanjung Jabung Timur dengan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) Kelintang Perunggu dengan Maestro Aisyah.
Penyelenggaraan BBM di Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan bentuk pendukungan Kegiatan Kenduri Swarnabhumi yang berupaya untuk memajukan kembali budaya dari daerah-daerah aliran Sungai Batanghari. Selain itu, penyelenggaraan BBM di Tanjung Jabung Timur dengan OPK Kelintang Perunggu bertujuan untuk melestarikan kesenian tersebut yang sudah hampir punah.
Baca juga: Pentingnya Edukasi Keluarga Berencana Tekan Kehamilan yang Tidak Direncanakan
Penyelenggaraan BBM di Tanjung Jabung Timur dilaksanakan secara luring yang berlangsung dari tanggal 8-14 Agustus 2022 di Gedung Nasional, Tanjung Jabung Timur. Penyelenggaraan BBM luring ini merupakan lanjutan dari BBM daring yang telah dilaksanakan pada tanggal 1 dan 2 Agustus 2022. Penyelenggaraan BBM luring secara resmi dibuka oleh Sekretaris Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga, Nasrul Effendi.
Peserta BBM di Tanjung Jabung Timur yang berjumlah 20 orang melibatkan pegiat seni budaya muda dari berbagai sanggar seni budaya yang berasal di beberapa kecamatan di Tanjung Jabung Timur, seperti Sanggar Bukit Menderang dari Kecamatan Muara Sabak Barat, Sanggar Bahtera Kencana dari Kecamatan Mendahara, dan masih banyak sanggar-sanggar yang lain.
Kelintang perunggu adalah seni musik khas orang Melayu Timur yang menghuni kawasan sekitar Pantai Timur Sumatera, seperti Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat di Provinsi Jambi dan Indragiri Hilir di Provinsi Riau.
Komposisi alat musik Kelintang Perunggu terdiri atas Kelintang Perunggu, dua gendang Panjang, dan gong. Ketika Dimainkan, komposisi alat musik yang dominan adalah Kelintang Perunggu. Oleh karena itu, secara umum instrumen yang dimainkan oleh seni musik ini dinamakan Kelintang Perunggu.
Awal mula seni musik ini tak bisa lepas dari sejarah asal muasal orang Melayu Timur. Orang Melayu Timur mempercayai mereka berasal dari kawasan Tempasuk, daerah Mindanao, Phulipina dan Sabah, Malaysia yang berdatangan ke Pantai Timur Sumatera. Kedatangan orang-orang tersebut tak terlepas dari konflik Sultan Mahmud Syah III, penguasa Kesultanan Johor Pahang Riau dan Lingga dengan Belanda.
Sultan Mahmud Syah III meminta bantuan kepada penguasa Tempasuk untuk menghadapi Belanda. Prajurit dari Tempasuk pun mengalahkan Belanda. Orang-orang dari Tempasuk tersebut ada yang kembali ke daerahnya dan ada yang menetap di Daik Lingga dan berlayar ke Pantai Timur Sumatera, seperti daerah Tanjung Jabung.
Ketika berperang melawan Belanda, orang-orang Tempasuk tak hanya membawa senjata, namun membawa alat kesenian dari daerahnya. Alat musik yang dibawa tersebut adalah Kelintang Perunggu.
Baca juga: Pemerintah Bahas RUU KIA Untuk Atasi Permasalahan Ibu dan Anak
Kondisi dari seni musik ini terancam punah. Salah satu penyebabnya adalah sudah tidak banyak yang bisa memainkan. Kelintang Perunggu di Tanjung Jabung memiliki 18 jenis irama atau pukulan. Orang yang bisa memainkan 18 irama tersebut bisa dihitung jari dan rata-rata sudah uzur.
Selama kurang lebih tujuh hari, 20 peserta akan belajar bersama maestro Kelintang Perunggu dengan harapan para pegiat seni budaya muda tersebut dapat menjadi pelopor untuk melestarikan dan memajukan Kelintang Perunggu.