Pendekatan seperti ini akan memberi kesempatan menanamkan nilai dan sikap positip yang akan membuat kita dan balita ke depannya sama-sama menjadi baik. Balita kita pun tumbuh dan tangguh pada saatnya.
Ada 5 tips meningkatkan hubungan emosional positip kita dengan balita dengan diwarnai suasana kolaboratif. Gunanya meminimalisasi potensi “amukan” ketika keinginan dan permintaan balita tidak atau belum dipenuhi atau tertunda.
1. Apresiasi Perilaku yang Diinginkan. Kebanyakan balita suka diperhatikan. Terutama dari orang tua dan anggota keluarga dekat. Beri apresiasi atau pujian untuk setiap perilaku yang sejalan dengan harapan kita. Sebutlah ketika mereka mengikuti perkataan kita sehingga bermain dengan aman. Upayakan memperhatikan dan memberi apresiasi serta perhatian untuk semua hal baru yang dipelajari. Ini akan meningkatkan perilaku yang ingin kita lihat mereka lakukan.
Baca juga: Memperkenalkan Pahlawan dan Kemerdekaan Kepada Anak
Beberapa contoh penguatan yang dapat dipakai membentuk perilaku yang kita harapkan menjadi kebiasaan baik balita. Misalnya, kita bisa mengatakan seperti contoh ungkapan berikut. Tentu saja disesuaikan dengan konteks dan realita.
“Terima kasih telah bertanya dengan santun dan baik, nak. Karena itu kamu boleh ambil dan makan camilan ini!”
“Kami suka sekali bagaimana kamu bermain dengan mainan ini, nak. Bolehkah kami ikut juga bermain denganmu?”
“Hebat, kamu nak. Kamu membelai anjing itu dengan lembut!”
“Kami sebagai orangtua sangat bersyukur dan berbangga melihat kamu saling menunggu dan bergiliran mengambil makanan ketika sama-sama antri mengambil makanan dengan adikmu!”
2. Gunakan Ungkapan Positif. Perhatikan dengan seksama ketika kita mencoba memberi tahu balita untuk tidak melakukan sesuatu. Apakah mereka mendengarkan?
Jadi, beri tahu mereka tentang apa yang harus dilakukan. Ingat, bukan menyampaikan apa yang tak boleh dilakukan! Misal ada momen di mana balita sedang memegang buku. Lalu, entah karena apa, ujungnya dirobek. Umumnya, kita akan berkata: “Jangan merobek buku, nak!” Eits … tunggu dulu. Coba dibalik, dengan mengatakan sambil memberi contoh: “Begini cara membalik halaman buku dengan baik, nak!”
Atau, misalnya ada peristiwa di mana balita kita bermain dengan kucing di dalam rumah. Katakan kepada balita kita: “Mama akan memindahkan si Meong ya sampai kamu memiliki tangan yang lembut untuk bermain dengannya!” Biasanya, kebanyakan kita akan berkata: “Hei, jangan ditarik ekor kucingnya, nanti kamu dicakar!”
Andai ada peristiwa balita kita melompat-lompat dan berjingkrak-jingkrak di kursi tamu. Biasanya kita spontan berkata: “Hei, jangan lompat-lompat di sofa, nanti kamu jatuh dan sofanya rusak!” Mungkin lebih efektif jika kita mengatakan: “Supaya tidak jatuh, kamu bisa duduk sambil berlutut atau bersila, nak!”
3. Komunikasi Cepat. Dorong balita menggunakan tanda atau kata-kata ketika mereka menginginkan atau tidak menginginkan sesuatu.
Hal ini jauh lebih baik dari pada merengek atau malah mengamuk. Jika mulai merengek saat hendak meraih mobil mainan misalnya, ajak dan beri contoh bagaimana cara mengatakannya dengan baik.
Beri contoh dan kata-kata yang harus mereka ucapkan, “Saya ingin mainan mobil-mobilan itu, Mama!”
Lalu berikan penguatan jika mereka mengikuti dengan baik (sebagian atau seluruh contoh kata-kata kita), sambil memberi mobil-mobilan yang mereka minta.
Ketika balita mulai berteriak karena tidak dapat meraih buku di rak yang agak tinggi, misalnya. Katakan, “Bantu saya, Mama” lalu bantu mengulangi kalimat itu dengan baik kepada kita.
Jika balita memukul saudara atau teman bermainnya saat berebutan mainan, katakan dan gunakan kata-kata Anda. Misalnya, “Mari kita minta temanmu untuk bergiliran!” Berdirilah di samping balita kita. Berjagalah untuk mengantisipasi agar meski ada penolakan tidak menimbulkan pertengkaran dengan anak-anak lain.
Baca juga: Bayi Lahir di Bulan Agustus? Ini Fakta dan Keunikan Karakternya
4. Beri Tanda Antisipatif dan Kewaspadaan. Persiapkan balita untuk kemungkinan perubahan karena pertumbuhan mereka. Terutama terkait perubahan rutinitas yang selalu dilakukan sebelumnya. Beri tanda atau semacam peringatan sebelum beralih dari suatu aktivitas ke aktivitas lain. Gunakan kata atau bahasa “pertama – kemudian” untuk membantu mengetahui apa yang akan terjadi.
“Nak, pertama, kita akan membersihkan tempat bermain. Setelah itu, kita akan jalan-jalan di halaman depan seberang rumah!”
“Siap-siap ya, nak … dalam dua menit pesawat TV akan dimatikan. Waktu kita untuk makan malam bersama!”
“Waktunya cuci tangan dan cuci kaki. Juga sikat gigi dengan bersih, nak. Mau pakai baju tidur yang putih dengan gambar beruang atau warna biru dengan gambar kancil?”
“Dalam 5 menit, naik ke mobil ya. Kita akan pergi untuk membeli beberapa keperluan kamu untuk bermain!”