Bagaimana kalau aku kangen suasana ‘panas’ yang sudah begitu akrab selama ini? Sementara bertahanpun bukan hal mudah.
Dilema sulit! Akhirnya dengan sedikit kejelian berbalut kreatifitas kutemukan obat manjur agar bisa bertahan dalam situasi seberat apapun dengan menjadikan dia inspirasi.
Beuh…! Bukankah seseorang yang menginspirasi itu punya kriteria tertentu? Terutama sungguh bisa mempengaruhi pikiran ke hal-hal positif, hebat dan segala syarat mengikat lainnya.
Sampai di sini aku memang punya pendapat lain, bahwa sesuatu yang berdampak burukpun masih bisa menginspirasi pada akhirnya menuju sebuah kebaikan ketika kreatif mengolahnya. Kujadikan suami yang sekaligus partner bertikai jadi inspirasi tak pernah kering. Setiap peristiwa diantara kami menjadi bahan terbuka siap diolah.
Produktifitas dalam menulis kerap bersumber dari setiap sepak terjangnya, sekaligus segala kejadian yang mengikuti. Materi presentasi saat harus mengisi kelas inspiratif mindful parenting banyak tergali dari perlakuannya.
Sampai akhirnya sekarang aku bisa luwes, lugas penuh kejujuran menyanyikan rangkaian lirik You’re my Inspiration. Seberat apapun pertikaian kami, tak sempat untuk meratapi. Sekalipun melawan tentu saja masih ada peluang, aku lebih memilih sibuk menghayati rangkaian prahara untuk diendapkan jadi ide sebuah tulisan, materi presentasi maupun sekadar bahan olah batin.
Terbukti menjadikan suami sebagai sumber inspirasi adalah terapi jiwa efektif tanpa biaya, malah menghasilkan!
Siapa tahu punya situasi mirip pengalamanku, atau mungkin ada teman atau siapalah di sekeliling yang menjengkelkan, bikin sebal.., daripada menelan pil pahit, jadikan saja bahan inspirasi olahan.
Sedikit catatan, jadi bahan ya.. bukan terinspirasi akan kelakuannya.
Boleh dicoba lho! Tinggalkan komen yuk, berbagi cerita seperti apa hasilnya.
Karena setiap orang bisa jadi inspirasi dan pemberi tips buat sekitar kita.
Salam cinta penuh sukacita
Ita sembiring
Menjadikan pasangan hidup sbg sumber inspirasi memang sangat ideal, apalagi bila berlaku dari dua pihak. Tapi yang ideal selalu jarang ditemui.
Nah kasus kak Ita ini malah mungkin cuma ada satu hehe. Alias sangat langka. Suka berseteru dengan pasangan hidup, tapi malah bisa dijadikan inspirasi. Luar biasa.
Kesimpulannya dalam segala situasi “buruk”, selalu ada sisi positif yang bisa dinikmati.
Bravo kak Ita
Tulisan Ita sangat inspiratif, bagaimana memanage konflik dan berdamai dengan kondisi yang ada sehingga menghasilkan sesuatu yg positif dan penuh kreatifitas, ketika “lari” dan meninggalkan ini semua, bukanlah solusi yang tepat.
Anak , juga merupakan salah satu alasan, dan sumber inspirasi selain pasangan hidup kita, bahwa alangkah baik dan sempurnanya sebuah keluarga ketika ada peran ayah dan ibu secara bersamaan dan bergantian melengkapi langkah perjalanan hidup mereka. Anak akan belajar dari contoh yang terjadi sehari hari, di depan mata mereka, bagaimana mereka belajar berdamai dengan konflik, mengelolanya, dan meminimalisir efek negatif yang timbul, baik dalam kehidupan di masyarakat dan di keluarga mereka kelak.
Perlu diingat, bahwa sebaiknya anak2 tidak disuguhkan dengan konflik atau keributan yang berkepanjangan dari orang tua mereka, karena hal itu pastinya berdampak pada psikologis mereka. Berikanlah anak2 kita ” kenyamanan” di rumah, sehingga mereka akan selalu menganggap “home sweet home’ di rumahnya sendiri, bukan di tempat lainnya….