Solusi akhirnya didapat ketika saya berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di negara kincir angin. Anak-anak di sana tidak pernah terlihat stres ketika dokter mengatakan bahwa besok mereka harus dilakukan tindakan karena ternyata mereka tahu bahwa tindakan yang akan dilakukan kepada mereka tidak akan membuat mereka kesakitan.
Mengapa demikian?
Ternyata dokter kanker anak memang harus bekerja sama dengan dokter anestesi, dan hal itulah yang pertama saya lakukan sekembalinya dari Belanda:
Menghubungi Dr. Agus Feriyoko Sp. An.
Puji syukur, ide ini disambut positif oleh beliau, mengingat hal seperti ini baru pertama kali dilakukan. Saya masih ingat bagaimana tindakan pertama yang dilakukan menggunakan anestesi waktu itu adalah tindakan intratekal terhadap seorang anak lelaki yang terkena leukemia, anak seorang pendeta.
Baca juga: Orang Tua dan Dokter, Tingkatkan Pengetahuanmu terhadap Anak-anak dengan Kanker
Tindakan ini dilakukan di ruangan dimana biasanya pasien yang mau operasi berganti baju sebelum masuk ke ruang bedah. Dokter anestesi merasa nyaman untuk melakukannya di situ karena ada alat monitor yang bisa dipinjamnya sebentar dari ruang bedah.
Terlihat bahwa sejak itu, anak-anak tidak ada lagi yang trauma. Malam hari sebelum menjalani prosedur, mereka juga bisa tidur dengan nyenyak. Sebagai operator, saya juga merasa nyaman mengerjakan tindakan-tindakan tersebut karena tidak harus mendengar jeritan ketika jarum mulai menembus tubuh mereka.