Melalui perjuangan beliau mencari dana dan memanfaatkan jejaring-jejaring yang sudah beliau miliki, maka terwujudlah impian tersebut. Pediatric Palliative Care Training pertama di Indonesia dilakukan pada tanggal 21 April 2009 setelah sebelumnya dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Singapore International Foundation dan pihak rumah sakit disaksikan oleh Duta Besar Singapore untuk Indonesia dan pejabat dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Saya dan Dr. Anky Tri Rini Kusumaning Edhi, Sp.A(K) beruntung menjadi dokter kanker anak pertama yang mengikuti pelatihan ini. Kami dan teman-teman dilatih oleh pakar paliatif dunia, seperti almarhumah Prof. Cynthia Goh, Dr. Rosalie Shaw, Dr. Akhileswaran, Dr. Meera Rajasekaran, dan perawat-perawat seperti Edward Poon, Liese Groote, Halijah Binte Jantan, Tan We King, dan masih banyak lagi nama-nama lainnya.
Baca juga: Aspek Spiritualitas, Aspek yang Selalu Terlupakan
Pelatihan ini dirancang untuk 3 kali pertemuan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut. Sangat efektif pelatihannya dan kami terus dipantau kemajuannya melalui pekerjaan rumah yang harus kami selesaikan dan kumpulkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh para mentor.
Selain bergabung dengan organisasi paliatif yang ada di Indonesia, yaitu Masyarakat Paliatif Indonesia (MPI), saya juga bergabung dengan organisasi-organisasi paliatif internasional, seperti Asia Pacific Hospice Palliative Care Network (APHN). Keikutsertaan saya yang pertama dalam seminar yang bernuansa paliatif adalah di APHN Conference – Perth, Australia tahun 2009. Pada konferensi itu juga, untuk pertama kalinya, ada Beasiswa Perjalanan Rosalie Shaw dan saya beruntung menjadi orang pertama yang menerimanya. Konferensi-konferensi APHN yang tadinya kurang membahas tentang paliatif anak, saat ini paliatif anak telah mendapatkan kedudukannya yang lebih baik. Hal ini semakin menguatkan bahwa paliatif anak tidak sama dengan paliatif dewasa dan sudah seharusnya paliatif anak diserahkan kepada orang-orang yang memang kompeten dibidangnya.
Saya juga bergabung dengan International Children’s Palliative Care Network (ICPCN) yang bermarkas di Afrika Selatan. Organisasi ini pertama kali menyelenggarakan kongresnya di Mumbai, India tahun 2014. Saya, Dr. Anky, Lynna, dan teman-teman dari YRR bersyukur dapat menjadi peserta Indonesia yang ikut hadir menyaksikan hari bersejarah bagi Pediatric Palliative Care dunia.
Sebagai seorang dokter kanker anak yang belajar tentang paliatif anak, bagi saya paliatif melengkapi keilmuan yang telah saya miliki sebelumnya. Hal ini membuat pelayanan yang saya berikan kepada pasien-pasien juga semakin lengkap. Sudah seharusnya semua klinisi memiliki pengetahuan dan mempraktekkan paliatif dalam prakteknya sehari-hari. Saya bersyukur kalau paliatif bukan merupakan salah satu cabang spesialisasi karena paliatif adalah milik semua klinisi.
Tidak semua pegiat paliatif ada gelarnya. Lagi pula, dilapangan, pasien tidak pernah menanyakan atau ingin mengetahui gelar paliatif yang kita miliki. Mereka tahu kita pegiat paliatif adalah dari cara kita melayani mereka, yaitu melayani dengan hati.
Foto utama oleh Los Muertos Crew dari Pexels