Orang tua dapat mengajari anak-anak dari segala usia bagaimana pentingnya mempraktikkan kebersihan pribadi dengan cara kreatif dan menyenangkan. Sambil mengajarkan menyanyi guna memenuhi waktu minimal mencuci tangan agar bersih. Jika masih kurang, dapat mengulang lagu itu kembali.
Dalam proses pendampingan membangun sikap mental, orang tua dan anak harus bersama. Bukan hanya memerintah, tetapi memberi contoh dan menjadi teladan. Ini penting, karena lebih mudah mengamati dan memahami bagaimana memenuhi kebutuhan fisik apa lagi jika dibandingkan dengan memahami keadaan mental mereka. Harus lebih fokus bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis.
Pandemi COVID-19 telah mengubah hidup manusia dalam banyak sisi, termasuk dan terutama dalam hal kehidupan anak-anak. Harus tinggal di rumah, menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang tua lebih dari biasanya. Tak dapat mengunjungi teman, juga tidak pergi ke sekolah sehingga harus beradaptasi dengan pembelajaran daring. Mereka butuh dukungan ekstra dari keluarga masing-masing.
Baca juga: Minuman Bernutrisi Terbaik Untuk Ibu Hamil
Dari keadaan sebagaimana diuraikan di bagian terakhir ini, perlu cara dan keterampilan mendukung kesehatan mental anak selama periode pandemi.
Apa yang menjadi pertimbangan agar pengalaman dan pembelajaran dari peristiwa pandemi menjadi “sahabat baik” kita? Bukan malah jadi “sahabat nakal!” Dengan pendekatan ini kita berharap anak-anak terhindar dari potensi traumatis.
Berikut pola pikir dan pola laku yang dapat dijadikan jembatan mengupayakan kesehatan mental anak-anak untuk dilakukan bersama-sama.
• Temukan waktu berdialog, dengarkan perasaan dan kekuatiran mereka dengan penuh perhatian secara komunikatif.
• Amati dan awasi kondisi mental anak-anak. Jangan abaikan atau menghindari kecemasan anak dan tekanan yang mereka rasakan. Jika perlu, malah harus mengakui dan membantu mereka mengatasi perasaan seperti itu sebagai bagian normal dari kehidupan.
• Bantu anak-anak menginisiasi dan mengembangkan rutinitas yang membangun mental. Tawarkan kesempatan untuk dihibur dan bersantai. Bantu mengurangi tekanan dan beradaptasi dengan perubahan. Ikuti cara membantu mereka dengan menyesuaikan pembelajaran di rumah yang beralih dari sekolah.
Apa sejatinya pelajaran hidup berharga yang dapat dipetik anak-anak dari pandemi COVID-19?
Anak-anak dapat belajar banyak dari berbagai sumber informasi. Tugas orang tua adalah memastikan informasi tersebut benar, baik dan akurat. Anak-anak mungkin juga memiliki banyak pertanyaan dan orang tua tidak selalu tahu apa dan bagaimana menjawabnya.
Karenanya, hindari memberi jawaban dengan menebak.
Sejatinya, ambil kesempatan mengeksplorasi pertanyaan tersebut bersama. Bimbingan kita dapat membantu mereka mempelajari hal penting untuk dibawa sepanjang hidup dari peristiwa pandemi. Kita wajib menyaring dan mengatasi rumor dan informasi palsu yang bisa muncul sewaktu-waktu. Ingatkan anak-anak ada banyak informasi daring dan beberapa mungkin tidak benar. Jadi penting sekali membedakan antara informasi yang benar, baik dan akurat dan yang sebaliknya.
Upayakan ada waktu mengkaji masalah dari berbagai sudut pandang. Bagikan dengan anak-anak bahwa selalu ada lebih dari satu sisi solusi untuk suatu situasi. Pikirkan gambaran besarnya lalu mencoba menghindari hal ekstrem.
Bagaimana cara berlatih mengambil perspektif dengan sudut pandang berbeda dengan sudut pandang anak-anak namun masih dalam dimensi yang sama?
Hargailah perbuatan orang lain. Biarkan anak-anak mendengar lebih banyak cerita tentang ilmuwan ternama, petugas kesehatan, pekerja komunitas, dan relawan tulus yang membantu menjaga roda kehidupan masyarakat tetap berjalan. Kita bisa aman dan melakukan bagian kita dengan tetap berada di dalam rumah karena pekerjaan yang telah dilakukan semua orang-orang hebat tersebut.
Hindari diskriminasi dan stigma. Dialogkan dengan anak-anak tentang diskriminasi dan stigma serta bagaimana mereka dapat membantu menghentikannya. Beri tahu bahwa virus Corona tidak ada hubungannya dengan wilayah. Jadi kita tidak boleh mendiskriminasi atau menstigmatisasi orang dari tempat berbeda. Malah wajib saling mendukung guna melalui masa sulit ini bersama-sama secara sinergis.
Bagaimana cara agar ujung dari dialog dengan anak-anak membuat mereka mampu menghormati dan peduli dengan orang lain?
Pertama, ingat bahwa kita sebagai orang tua juga perlu waktu untuk diri sendiri. Beristirahat dari hiruk pikuk internal mengurus keluarga. Juga hiruk pikuk eksternal. Pandemi hadir membuat semua orang tegang dan was-was. Ingat, tidak ada resep total manjur untuk segera keluar dari masa sulit akibat pandemi. Semua berproses, butuh waktu dan kesabaran.
Itu inti yang harus tersampaikan dengan baik kepada anak-anak.
Sama dengan keadaan anak-anak. Terkadang orang dewasa juga tidak tahu jawabannya dan mereka membutuhkan waktu tenang untuk menghilangkan stres terlebih dahulu agar mampu memberi jawaban kepada anak-anak.
Mengapa perlu waktu untuk diri sendiri?
Hanya ketika sehat secara fisik dan mental, kita mampu merawat anak-anak melalui contoh yang baik bagi mereka. Anak-anak sangat sensitif terhadap perubahan suasana hati dan perilaku orang tua.
Mereka pasti lebih nyaman di saat kita merasa lebih baik.
Jika kita merasa cemas, mintalah bantuan dari keluarga, teman, atau orang-orang terpercaya di sekitar. Atau, luangkan waktu bersantai menyegarkan diri. Dari pendekatan ini, akan ada celah untuk memenuhi apa yang menjadi kewajiban kita bagi anak-anak meski mereka tidak meminta.
Mendampingi dan mengasuh anak bukan perkara mudah. Terutama selama masa pandemi yang penuh tekanan. Kesalahan bisa saja terjadi. Sama seperti anak-anak, orang tua dapat menerima ini sebagai kesempatan belajar. Guna mengembangkan strategi membantu menghadapi situasi ini menjadi lebih baik ketika hal ini terjadi lagi di lain waktu.
Baca juga: Moms, Pemanfaatan Energi Bersih Butuh Peran Perempuan
Pola pikir yang berkembang dapat berdampak besar pada orang tua dan juga anak-anak. Barangkali ada baiknya secara bersama belajar bagaimana membangun pola pikir berkembang sebagaimana yang dinyatakan Carol S. Dweck. Beliau mengungkapkan dalam “Mindset: The New Psychology of Success” yang terbit 2016. Mari mempelajari lebih lanjut tentang pola pikir berkembang dan tips tentang cara mengembangkannya bagi anak-anak kita.
Bersikap baiklah kepada diri sendiri! Mari bekerja untuk melewati tragedi ini bersama-sama. Dunia membutuhkan energi positif yang besar untuk mengatasi kekuatan negatif.
Palingkan pikiran dan perasaan agar berkesempatan menghasilkan energi positif untuk kebaikan keluarga. Jika hal ini berlangsung dan terjadi di setiap keluarga, akan melahirkan kebaikan dan kesejahteraan bagi seisi dunia. Itu juga cara melalui masa suram untuk mencapai tempat dan kondisi yang jauh lebih baik.
Sumber inspirasi dan dikembangkan dari
https://www.unicef.cn/en/what-we-do/unicef-emergencies/COVID-19/what-is-your-scores
Foto utama oleh Devi Puspita Amartha Yahya dari Unsplash