Moms, Ini Tentang Pola Pengasuhan Demokratis dalam Bingkai Parenting

Selanjutnya beberapa sisi pandang tambahan konsekuensi positip yang pro atas keberadaan pola asuh demokratis.

Ketujuh: Perkembangan sosial. Tipe keluarga demokratis kondusif untuk pembelajaran sosial. Remaja dari keluarga demokratis cenderung menunjukkan perilaku yang lebih pro-sosial. Mereka lebih cenderung mendukung nilai-nilai demokrasi dan menghormati hak orang lain.

Kedelapan: Rasa koneksi. Orang tua dan anak-anak dalam keluarga demokratis mendiskusikan dan menegosiasikan masalah. Bukan malah memperebutkan dan bertengkar tentang siapa yang benar. Mereka membangun hubungan dekat satu sama lain.

Baca juga: Moms, Ajarkan Si Kecil Buang Sampah Plastik Jadi Kunci Atasi Problem Lingkungan

Kesembilan: Regulasi emosi. Dalam keluarga demokratis, biasanya terdapat suasana kondusif, positif dan produktif. Mereka yang tumbuh di lingkungan seperti itu cenderung memiliki keterampilan pengaturan emosi lebih baik.

Kesepuluh: Kesehatan mental lebih baik. Anak-anak dari keluarga demokratis memiliki kesehatan mental lebih baik. Cenderung mampu meredam potensi yang dapat menumbuhkan masalah kesehatan mental yang dapat berujung pada kondisi depresi.

Kesebelas: Rumah yang lebih bahagia. Setiap orang dalam keluarga akan menikmati rumah yang damai. Jauh dari hiruk-pikuk dan kebisingan. Nihil dari kondisi atau interaksi disertai teriakan berkepanjangan karena perebutan pengaruh dan kekuasaan.

Foto oleh Burst


Dari sisi yang kontra
Pertama: Pemikiran lebih logis. Sebagai bagian dari pola asuh demokratis, orang tua harus menggunakan penalaran logis untuk meyakinkan anak-anak tentang hal baik dan benar. Bila orang tua terbiasa menggunakan “karena saya bilang begitu” untuk menuntut kepatuhan anak mereka akan menganggap kondisi ini sebagai hal menantang.

Kedua: Lebih memakan waktu. Proses menjelaskan dan mendiskusikan masalah apa pun dengan anak-anak yang argumentatif memerlukan waktu lebih lama sebelum sampai pada kesepakatan dan keputusan tercapai.

Ketiga: Risiko menjadi permisif. Jika orang tua melewatkan penalaran dan membiarkan anak-anak membuat semua keputusan sendiri, mereka menjadi orang tua permisif. Ini malah menghasilkan kondisi kontra-produktif.

Keempat: Kepercayaan diri yang lebih baik. Ketika keputusan ditentang, beberapa orang tua mungkin merasa tidak dihargai. Untuk menghindari komplikasi ini, orang tua harus mampu memisahkan masalah dari perasaan, wajib berpikiran jernih. Memiliki kepercayaan diri tinggi sehingga cakap dalam mendampingi anak.

Kelima: Perlu pengaturan diri. Pengalaman mendampingi dan mengasuh anak mungkin terasa tidak menyenangkan bagi orang tua yang terbiasa dengan pola asuh ketat. Seorang anak yang disregulasi dapat bertindak tidak wajar dan memicu orang tua keluar dari pola pengasuhan otoritatif.

Pertanyaan Keempat: Apa Tips Manjur Mewujudkan Pengasuhan Demokratis?
Kata Thomas A. Edison: “Ketika seorang pria pergi, jika dia telah menularkan antusiasmenya kepada anak-anak, dia telah mewariskan kepada mereka harta yang tak terhitung nilainya!” Kita dapat mewariskan kebajikan dan etika kepada anak-anak jika disertai antusiasme yang mendorong untuk belajar dan berhasil. Jadi penanaman antusiasme secara maknawi merupakan benih yang sangat baik. Caranya? Melalui dialog yang dialogis!

Baca juga: Mendikbudristek: Manajemen Talenta Jadi Prioritas Merdeka Belajar

Hal ini benar nyata. Mengingat anak-anak cenderung hidup sesuai dengan apa yang kita yakini tentang mereka. Itu kata indah dari Lady Bird Johnson. Beliau merupakan salah satu Ibu Negara yang dicintai di Amerika Serikat. Ibu dari dua anak yang berbakti. Lady Johnson yakin bahwa pujian dan dukungan membantu anak-anak mencapai potensi optimal mereka. Jadi, seperti kata Maya Angelou, “Sudah saatnya para orang tua mengajarkan kepada generasi muda bahwa dalam keberagaman ada keindahan sekaligus kekuatan!”

Memperhatikan pesan mendalam refleksi di atas dan mengingat daftar panjang manfaat dan kelemahan yang relatif sedikit dari pola asuh demokratis, baiknya kita coba mengadopsi gaya pengasuhan ini. Para orang tua, terutama dari generasi sebelumnya, seringkali takut akan pola asuh demokratis. Ketika mendengar kata “demokratis” langsung membayangkan anak-anak lepas kendali. Dapat melakukan apa saja yang diinginkan.

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories