Pengasuhan Demokratis: Apa dan Bagaimana Cara Berlatih dan Mengupayakannya?

Lima: Kelemahan Pengasuhan Demokratis
Bersamaan dengan itu, perlu mewaspadai tantangan atau potensi kekurangan dari pola asuh demokratis bagi anak untuk perkembangan mereka selanjutnya. Tetapi bukan berarti bahwa pola asuh demokratis tidak layak untuk diupayakan.

Berikut beberapa catatan yang penting menjadi perhatian, antara lain:
• Anak akan bertanya kepada orang tua saat mereka tumbuh dewasa, terutama selama masa remaja. Akan memanfaatkan praktik orang tua yang melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan
• Orang tua demokratis harus menjadi panutan bagi anak karena mereka pasti meniru.
• Gaya pengasuhan ini membutuhkan ketekunan, orang tua harus konsisten, komitmen dan sabar
• Kedua orang tua harus menyetujui gaya pengasuhan ini untuk menghidari kebingungan anak
• Jika orang tua tidak mengikuti pola asuh demokratis secara konsisten atau menggunakannya secara tidak efektif karena pengetahuan yang tidak memadai, anak-anak dapat berubah menjadi manipulatif dan tidak disiplin
• Ketika anak-anak membuat pilihan yang salah, konsekuensinya dapat mengganggu mereka untuk waktu yang relatif panjang
• Orang tua mungkin tanpa sadar menjadi orang tua yang permisif, menerima semua yang dikatakan dan diminta oleh anak-anak

Baca juga: Penanganan Stunting Tak Cukup dengan Intervensi Gizi

Meskipun anak-anak secara konsisten akan melakukan kebalikan dari apa yang kita perintahkan, kita tetap wajib mencintai mereka. Itu cara bagaimana memegang tangan mereka meski tidak selamanya, tetapi hati mereka akan terpegang abadi. Anak-anak pada saatnya akan mengerti bahwa kita “memberi” hidup ke mereka sehingga kelak merekapun akan mencoba “memberi” kita hidup mereka. Yakni, menjadi anak sebagai warga semesta yang bertanggung jawab. Itu sudah lebih dari cukup sebagai “imbalan” dari anak kepada orag tua.

Enam: Tips untuk Pola Asuh Demokratis
Kita selalu beranggapan bahwa anak-anak “melakukan sesuatu agar mendapatkan perhatian” dari lingkungan sekitarnya. Secara alami, anak-anak yang membutuhkan perhatian akan melakukan segala macam hal untuk mendapatkannya.

Jika memang demikian adanya, mengapa tidak menghadiahkan saja perhatian tersebut sejak awal?

Ada nasihat baik yang mengatakan agar kita tak perlu ragu apa lagi takut memberi perhatian karena akan membuat anak-anak bahagia, atau bahkan menjadi terlalu bahagia. Ingat, kebahagiaan merupakan prakondisi di mana semua kasih sayang tumbuh subur. Andai anak-anak sekarang sudah tak kuasa mengikuti cara kita menabur perhatian dan kasih sayang, sejatinya kita yang harus mengikuti mereka bagaimana mendapatkan perhatian dan kasih sayang.

Dalam hal yakin dan terkesan dengan manfaat dari pola pengasuhan ini lalu ingin mempraktikkan pola asuh demokratis, berikut beberapa tips manjur yang dapat digunakan:
• Hormati dan cintai anak-anak, apakah mereka telah memenuhi harapan kita atau belum
• Kedua orang tua harus berada di frekuensi yang sama dan mengikuti gaya sesuai kodrati anak-anak
• Beri kebebasan sesuai usia dan perkembangan mental mereka. Jangan membebani anak terlalu banyak kemandirian di luar batas kewajaran perkembangan kejiwaan.
• Tarik garis antara disiplin dan kehendak bebas anak. Memperlakukan anak secara setara tidak berarti bahwa mereka dapat melakukan apapun yang mereka suka
• Jaga agar komunikasi tetap terbuka dan artikulasikan aturan, pilihan dan konsekuensi dengan jelas secara dialogis
• Dorong pengambilan keputusan mandiri pada anak dengan tetap menghadirkan pendampingan dan pembimbingan guna membantu mereka tetap dalam koridor kewajaran
• Hindari mendiktekan istilah dengan cara menyeimbangkan peran kita sebagai teman sekaligus orang tua.
• Membiarkan anak-anak menjadi bagian dari pembuatan aturan merupakan langkah pertama menuju pengasuhan yang demokratis.

Pola asuh demokratis melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Juga memberi mereka kebebasan yang memadai membuat pilihan. Gaya pengasuhan ini mengembangkan kemandirian pada anak dan akan meningkatkan rasa percaya diri dan sekaligus harga diri..

Pola asuh demokratis memberi anak otonomi penuh dalam membuat pilihan. Orang tua mungkin tanpa sadar menjadi permisif. Jadi, pertahankan pendekatan seimbang dalam mendampingi dan mengasuh anak.

Sediakan ruang otonomi berdasarkan usia dan perkembangan mental anak-anak. Namun tetap menarik garis antara disiplin dan kehendak bebas. Itu kata kunci menghadirkan pola pengasuhan demokratis secara efektif.

Pengasuhan yang lentur takkan memperlihatkan hasil akhir secara instan.Tetapi dicapai secara alami dengan hasil yang bertahan lama. Kita takkan pernah mampu mengajari anak-anak berperilaku menjadi baik dengan cara membuat mereka merasa lebih buruk. Ketika anak-anak merasa lebih baik, mereka berperilaku lebih baik.

Mungkin ini saat tepat meninggalkan pola pengasuhan yang harus keras kepada anak-anak karena dunia ini juga keras. Cintai mereka sekeras dan seikhlas mungkin. Itu malah yang mereka butuhkan.

Pesan sederhana: Cintai anak-anak, tunjukkan bahwa kita menghargai mereka. Ingatkan akan kehebatan mereka. Dorong dan dukung serta percayai bahwa mereka mampu. Selalu, perlakukan secara bermartabat.

Usah galau jika anak-anak enggan mendengar kita. Justru wajib risau jika mereka selalu awas atas tindak-tanduk kita. Orang tua terbaik yang dapat kita lakukan adalah mendampingi dan mengasuh anak dengan teladan yang terpuji. Itu baru orang tua yang keren.

Foto oleh Ketut Subiyanto dari Pexels

Semangat yang terpatri di sanubari manusia dari semua strata, usia dan gender adalah kemerdekaan. Kebebasan bertanggung jawab. Kebebasan tidak dapat dipertahankan tanpa pengetahuan terkait hak dan kewajiban. Itu esensi demokrasi. Demokrasi dipastikan hadir dalam semangat dan konteks itu. Tanpa prakondisi itu, mahardhika, demokrasi bisa saja bertumbuh… tetapi selain lamban juga takkan bertahan lama.

Demokrasi tidak mengenal timur atau barat, bahkan utara atau selatan. Demokrasi adalah kehendak rakyat. Perdamaian mustahil tanpa keadilan. Keadilan takkan hadir tanpa kesetaraan. Kesetaraan dicapai melalui pembangunan di semua bidang. Bagaimana mengharapkan pembangunan yang berkeadilan tanpa demokrasi?

Baca juga: Konsumsi DHA Selama Kehamilan Berpengaruh Terhadap Perkembangan Otak Anak, Lho!

Dan, demokrasi mustahil hadir tanpa menghormati dan memelihara nilai luhur dan budaya universal masyarakat secara sungguh-sungguh!

Jika pola pendampingan dan pengasuhan dilakukan secara demokratis, secara berangsur dan tanpa disadari, akan melahirkan anak-anak yang paham dan menjiwai demokrasi.

Artinya, berjiwa dan bersikap demokratis. Ke depan, takkan ada warga dunia yang bertahan hidup damai dan setara tanpa dilandasi demokrasi yang diperoleh secara demokratis. Pola pengasuhan dalam keluarga menjadi awal menyemai dan menumbuh-suburkan pemahaman tentang demokrasi secara demokratis.

Pola pengasuhan demokratis dalam konteks parenting di keluarga merupakan jembatan emas melahirkan generasi emas Indoneisa yang unggul. Paham demokrasi secara universal diperoleh juga melalui cara dan orientasi yang demokratis.

Maximus Gorky Sembiring adalah seorang pegiat pembelajaran
sepanjang hayat & praktisi pendidikan jarak jauh serta guru
besar Manajemen Pendidikan Jarak Jauh di Universitas Terbuka.

Foto utama oleh Emma Bauso dari Pexels

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories