“Kalau tidak mampu menyelesaikan masalah, pasti aku minta bantuan Ma. Tapi aku memang hanya butuh dibiarkan menangis. Itu melegakan,” begitu selalu pintanya.
Tanpa bermaksud merasa sebagai perempuan super, pastilah seorang ibu kuatir saat melihat mendung menyaput parasnya. Ingin sekali mengusap aliran air itu lalu membenamkan kepalanya dalam pelukan penuh kasih. Selalu menganggap masih belum bisa menyelesaikan masalah. Bisanya cuma menangis.
Ahh.., betapa tidak adilnya aku selama ini, tak menghargai haknya. Bahkan untuk sekedar menangis. Berlindung di balik perkataan cinta yang tumpah ruah, namun justru merusak keharmonisan.
Menjadi ibu memang tidak mudah! Harus bisa berdamai dengan diri sendiri sebelum berdamai dengan situasi anak apalagi baru beranjak remaja.
Bayangkan, hanya minta ijin menangis lho, bukan minta ijin pulang pagi. Sebegitu sulitkah membiarkan seorang anak menangis tanpa harus menganggap itu sebuah ketakberdayaan. Padahal dalam tangis dia berusaha mengumpulkan segenap daya upaya demi bertahan. Harusnya aku bangga.
Barangkali selama ini aku hanya terhanyut lirik lagu manis grup lawas White Lion lewat vokal Mike Tramp, berjudul : When the Children Cry.
Little child, dry you cryin’ eyes
How can I explain, the fear you feel inside?
‘Cause you were born into this evil world
Where man is killin’ man but no one knows just why.
Ya, lengkingan sendu penyanyi bernama lengkap Michael Treampenau berkebangsaan Denmark ini menggiring tekad harus membuat putriku menjadi remaja tangguh demi menghadapi gejolak jagat raya ini. Sampai akhirnya tersadar juga, bahwa ketangguhan seseorang tak akan pernah sirna hanya karena menesteskan air mata.
Jadi, When the children cry…., yaaaah.. ijinkan saja mereka menangis.
Bolehlah coba beri mereka ruang dan waktu untuk menangis. Jangan lupa berbagi cerita ya, bagaimana hasilnya di kolom komentar. Setiap orang bisa jadi inspirasi dan pemberi tips buat sekitarnya.
Salam cinta penuh sukacita (ita sembiring)