Dokter Edi mengatakan jika dibandingkan dengan negara maju, tingkat kesembuhan di Indonesia masih tergolong jauh, sekitar 20-23%. Tentunya hal ini, dipengaruhi berbagai faktor, seperti orang tua yang belum cukup mendapatkan informasi terkait kanker, dokter yang kurang mewaspadai dan kurang mendapatkan pengetahuan khusus tentang kanker, faktor proses rujuk, ketersediaan rumah sakit yang tidak semua mampu menangani kanker anak, dan jumlah dokter kanker anak yang tergolong sedikit di Indonesia.
“Banyaknya faktor ini yang harus dibenahi bersama agar mencapai angka kesembuhan yang diharapkan, dimana WHO sendiri menantang angka kesembuhan dari 23% ke angka 60% di tahun 2030.” lanjut Dokter Edi.
Beralih kepada perjuangan seorang anak dalam melawan kanker, berikut adalah kisah dari Timothy, penyintas kanker neuroblastoma.
Pada November 2008, Timothy dinyatakan menderita kanker neuroblastoma dan harus melakukan kemoterapi selama dua tahun. Ia menjalankan kemoterapi 4 protokol dengan 21 situs. Dimana, pada setiap protokol selalu dilakukan evaluasi namun Timothy tidak kunjung memberikan respon, hingga protokol keempat dokter memutuskan untuk melakukan operasi pengangkatan bola mata, setelah operasi berlangsung dilakukan tidak ada lagi kanker atau tumor pada sekitar bola mata, dan saat ini Timothy sudah berhasil sembuh dari kanker neuroblastoma.
Baca juga Fokus Pada Pencegahan, Masyarakat, Puskesmas dan Posyandu Berperan Penting
Dalam perjuangan Timothy dan Moms Magritje, Yayasan Anyo Indonesia (YAI) turut hadir memberikan dukungan dan menjadi rumah singgah bagi Timothy dan sang ibu dalam proses pengobatannya.
Moms dan Pops, pada akhirnya dukungan dari keluarga dan berbagai pihak menjadi salah satu kunci terpenting bagi para anak dalam melawan kanker yang mereka miliki. Berbagai tantangan harus Moms dan Pops lakukan agar anak pun dapat termotivasi dan optimis dalam masa pengobatannya.