Secara kontemporer, di era disruptif ini, dapat disarikan bahwa pendidikan terkait dengan upaya membuat anak tumbuh dengan kecerdasan mumpuni, bersifat terbuka dan bertumbuh. Sehingga memampukan anak beradaptasi dengan lingkungan secara natural sekaligus sesuai perkembangan zaman di lingkungan mereka hidup sebagai individu.
Pendidikan merupakan ranah kompleks dan sulit ditangani tanpa dasar memadai. Banyak filosofi, teori, dan praktik berbeda. Meliputi proses dari memperoleh pengetahuan, mengembangkan kemampuan, dan meningkatkan keterampilan.
Dengan demikian, menjadi keniscayaan pendidikan merupakan kunci keberhasilan. Melalui pendidikan kita diberi pengetahuan tentang dunia dan keterampilan hidup yang diperlukan di dalamnya dan membangun cara berpikir. Artinya, memberdayakan individu membuat keputusan berdasarkan data dan fakta yang relevan.
Baca juga: Dianggap Bukan Penyakit, Obesitas Justru Ancam Picu Komplikasi
Berikut elaborasi dari empat aspek prinsipil yang perlu didalami lebih lanjut agar sebagai pendidik, guru dan orang tua, memiliki peluang lebih terbuka melakukan pendampingan dan pengasuhan secara efektif.
1. Daya tahan mengikuti perubahan lingkungan
Dunia di era disrupsi, aneka perubahan tidak dapat dihindari. Sudah menjadi keniscayaan. Agar tidak tergilas peradaban, wajib memiliki rencana utuh. Selalu memikirkan seperti apa “kurikulum” setahun dari sekarang. Juga membayangkan bagaimana orientasi mendampingi dan mengasuh anak-anak sesuai daya dukung teknologi sekitar kita.
Orang tua dan guru harus memiliki kelenturan menyesuaikan rencana pembelajaran sehari-hari. Agar tetap relevan, berdasarkan perubahan sikap dan perilaku anak-anak.
2. Kemampuan individual bertumbuh dan berkembang
Penting bagi semua, orang tua, guru dan anak-anak, mampu mengekspresikan diri dengan cara dan ciri masing-masing. Karakter individualitas harus selalu hadir dan mendapat perhatian. Dengan memperhatikan keunikan masing-masing (orang tua, guru dan terutama anak-anak kita), dalam dan ketika berhadapan dengan pendidikan, membuat mereka lebih siap menerima dan mengadopsi perubahan, bahkan mampu “mendahului” masa depan.
3. Kesadaran dan kecakapan hidup sebagai warga global
Prinsip pendidikan tak kalah penting adalah bagaimana anak-anak memiliki kesadaran dan pemahaman terkait dunia dan lingkungan yang sudah tak berbatas. Dengan menyadari posisi sebagai warga global, menjadi penting mendampingi dan mengasuh mereka memiliki daya pikir kritis yang tinggi terhadap semua aspek dari yang dibaca, dengar dan lihat. Jadi mampu dan terampil mengembangkan pendapat tentang dunia sekitar mereka. Mampu membedakan hal baik dan yang merugikan. Mandiri dalam menggagas pendapat yang memang berasal dari dan sesuai jati dirinya.
4. Kepiawaian mempelajari dan menerapkan aneka ilmu pengetahuan dan keterampilan
Kepiawaian ini terkait erat dengan kemampuan bertahan di alam disruptif sesuai perkembangan peradaban. Kata digitalisasi sudah menjadi keseharian. Melek teknologi, informasi dan media mutlak bagi setiap orang. Gagal dalam literasi ini, berakibat gagap.
Salah satu tujuan pendidikan adalah memampukan anak-anak bagaimana memperoleh dan menerapkan pengetahuan maupun keterampilan berbasis teknologi tepat guna. Langkah pertama dalam proses ini adalah memulai dengan hal kecil yang dapat dipelajari cepat. Misalkan, menguasai cara berhitung cepat memanfaatkan aplikasi. Dari langkah awal ini, memungkinkan mereka berkembang dengan kecepatan sendiri. Tanpa banyak campur tangan orang dewasa, anak-anak tumbuh kembang sesuai alam dan kodrati mereka.
Bermodalkan 4 prinsip di atas, kita sudah memiliki fondasi relatif mapan sebagai jembatan agar mampu mendampingi dan mengasuh secara kontekstual.
Secara natural, anak-anak akan memiliki kecakapan terhadap hampir semua hal baru. Termasuk yang menghadang langkah mereka. Memampukan mereka cakap membuat kategorisasi atas hal-hal baru yang dihadapi. Terampil memformulasikan permasalahan yang lahir dari sebuah fenomena menggejala. Tetap “cool” melihat kesederhanaan dalam sebuah kerumitan, dan sebaliknya.
Baca juga: Pilihan Cemilan Sehat Saat Ibu Hamil Tua
Di tahap ini, anak-anak kita nantinya tidak akan gusar, gugup dan gagap melihat suatu kerumitan. Di saat yang sama, tidak pula menyepelekan, mengentengkan dan meremehkan hal sederhana. Ingat, disrupsi hanya bisa kita adopsi jika cakap melihat kesederhanaan dalam kerumitan; tips membuat tetap rendah hati. Dan, tetap terampil melihat kerumitan dalam suatu kesederhanaan; tips membuat tidak tinggi hati.
Uraian di atas memperlihatkan bahwa pembelajaran (baca: pendampingan dan pengasuhan) paling efektif dilakukan ketika rasa ingin tahu dan kemauan terlibat aktif berlandaskan percaya diri anak-anak ada dan hadir. Pendidik harus mampu memastikan bahwa anak-anak diupayakan terlibat aktif, melalui kegiatan dan pengalaman menantang dan bermakna. Kita wajib membantu anak-anak mengembangkan kepercayaan diri yang diperlukan guna menghadapi tiap tantangan baru.
Pendidikan pertama ada keluarga, terima kasih prof
Sebagai guru, idak dipungkiri selalu memiliki hasrat untuk mengubah karakter anak sesuai dengan norma agama dan etika sosial, namun upaya tersebut terkadang terhambat karena orang tua tidak mempunyai pandangan yang sama
Sebagai seorang pendidik sudah selayaknya kita hanya bisa menuntun laku dan kodrat anak. Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita, seperti padi yang kita paksakan harus seperti jagung. Kita hanya bisa menuntun dan mengarahkan agar murid kita tidak kehilangan arah yang akhirnya dapat membahayakan dirinya.